10 Juli, 2023
Pekan lalu
Pasar saham Amerika Serikat melemah pekan lalu di tengah sentimen imbal hasil US Treasury yang melonjak, sektor tenaga kerja yang ketat, dan ketidakpastian kebijakan suku bunga The Fed. Imbal hasil UST 10Y menembus level 4%, ditutup di 4.06% pekan lalu yang merupakan level tertinggi sejak November 2022. Data ekonomi AS yang relatif kuat meningkatkan kekhawatiran pasar bahwa The Fed dapat bergerak lebih agresif dari ekspektasi. Data dari ISM menunjukkan data PMI jasa naik di Juni dari 50.3 ke 53.9, mengindikasikan aktivitas sektor jasa yang menguat. Sementara itu data tenaga kerja menunjukkan sinyal yang variatif, di mana data ADP mencatat kenaikan pekerja baru 497 ribu di Juni, jauh melebihi ekspektasi pasar, sementara data nonfarm payroll mencatat 209 ribu pekerja baru, di bawah ekspektasi. Indeks S&P 500 melemah 1.16% pekan lalu dan indeks Dow Jones melemah 1.96%.
Pasar saham kawasan Asia bergerak fluktuatif pekan lalu di tengah meningkatnya ketidakpastian kebijakan suku bunga Amerika Serikat dan melemahnya momentum pertumbuhan ekonomi China. Data PMI manufaktur dan jasa China melemah di Juni, di mana PMI manufaktur turun dari 50.9 ke 50.5 di Juni, dan PMI jasa turun dari 57.1 ke 53.9. Namun Premier Li Qiang menyatakan akan segera mengeluarkan kebijakan untuk mendukung pemulihan ekonomi China. Secara keseluruhan indeks MSCI Asia Pacific melemah 0.97% pekan lalu.
Di tengah kondisi pasar global yang fluktuatif, pasar saham dan obligasi Indonesia mencatat kinerja positif pekan lalu. IHSG ditutup naik 0.82% dengan sektor energi dan konsumer siklikal mencatat kinerja terbaik. Investor asing mencatat pembelian bersih IDR633 miliar di pasar saham. Pasar obligasi juga ditutup naik 0.26% dengan imbal hasil obligasi pemerintah 10Y turun dari 6.26% ke 6.24%. Imbal hasil 10Y bahkan sempat menyentuh 6.17% yang merupakan level terendah sejak Oktober 2021. Sentimen di pasar obligasi didukung oleh data inflasi domestik yang suportif, di mana inflasi umum tumbuh lebih rendah dibandingkan estimasi sebesar 0.14% MoM, sehingga laju tahunan turun menjadi 3.52% YoY dari 4.00%. Inflasi inti juga turun menjadi 2.58% YoY dari 2.66%.
Pekan Ini
Pekan ini pasar memperhatikan data inflasi AS yang akan menjadi barometer bagi kebijakan The Fed. Perhatian terutama pada angka inflasi inti yang selama ini persisten di level tinggi. Konsensus memperkirakan inflasi inti turun ke 5.0% YoY dari sebelumnya 5.3%. Sementara itu inflasi umum diperkirakan turun dari 4.0% YoY ke 3.1% karena efek harga energi yang turun.
IDB: Inflasi domestik kembali melandai
Baca selengkapnyaIWH: Pasar merespon positif nominasi menteri keuangan AS
Investment Weekly Highlights
IDB: Pemerintah menetapkan kenaikan UMP 2025 di 6.5%
Baca selengkapnya
Pekan ini
Pekan ini pasar memperhatikan data inflasi AS yang akan menjadi barometer bagi kebijakan The Fed. Perhatian terutama pada angka inflasi inti yang selama ini persisten di level tinggi. Konsensus memperkirakan inflasi inti turun ke 5.0% YoY dari sebelumnya 5.3%. Sementara itu inflasi umum diperkirakan turun dari 4.0% YoY ke 3.1% karena efek harga energi yang turun.