Skip to main content
Back

Seeking Alpha Agustus 2025: Lima bulan terakhir di 2025, seberapa solid kinerja pasar obligasi?

7 Agustus 2025

Bulan ini kami mengetengahkan komentar pasar terkini dari Senior Portfolio Manager - Fixed Income PT Manulife Aset Manajemen Indonesia, Syuhada Arief.

Amerika Serikat (AS) telah mengumumkan tarif perdagangan yang menurut Presiden Trump sudah merupakan angka final. Namun yang menarik, pasar finansial tidak terlalu reaktif berfluktuasi tinggi. Bagaimana Anda melihat fenomena ini?

Yang pertama, pasar tidak suka dengan ketidakpastian. Pengumuman final serangkaian tarif perdagangan Amerika Serikat (AS) di awal Agustus dengan berbagai kategorinya seperti tarif dasar, tarif resiprokal, dan tarif sektoral/spesifik mengurangi ketidakpastian yang ada sejak awal pemerintahan Presiden Trump, dan membuat postur tarif perdagangan dunia ke depan semakin terbentuk lebih jelas. Kedua, besaran angka-angka tarif final tersebut sudah diprediksi pasti akan lebih tinggi dibandingkan tarif perdagangan tahun lalu, sehingga tidak lagi mengagetkan pasar. Di lain pihak, justru besaran tarif yang diumumkan awal bulan lalu ternyata tidak setinggi angka-angka yang diumumkan bulan April lalu. Dua hal inilah yang membuat pengumuman Trump tariff bulan Agustus ini tidak menimbulkan gejolak pasar berlebihan, sangat berbeda dengan pengumuman pertama di bulan April kemarin. 

Secara umum dengan kenaikan tarif perdagangan global tersebut, bagaimana dampaknya pada perekonomian dunia secara keseluruhan?

Walaupun tidak seburuk prediksi awal, kenaikan tarif perdagangan AS untuk dunia tidak bisa diabaikan, karena lonjakannya cukup tinggi dari kisaran 2% di akhir 2024 menjadi kisaran 18% di Agustus 2025.   Dan hal ini tetap berpengaruh pada peta perdagangan global. Berdasarkan proyeksi IMF bulan Juli 2025,  perekonomian dunia tahun 2025 diproyeksi tumbuh 3.0%, lebih rendah dibandingkan proyeksi awal 3.3% yang dirilis bulan Januari, tapi juga mengalami peningkatan dibandingkan proyeksi revisi yang dirilis bulan April sebesar 2.8%, saat Presiden Trump pertama kali mengumumkan serangkaian tarif resiprokal yang sangat tinggi. Selain tarif, revisi kenaikan di bulan Juli ini juga didasari ekspansi fiskal di banyak negara yang meningkatkan likuiditas, serta kecenderungan pelemahan nilai tukar USD yang membuat tekanan pasar finansial mereda.

Lebih mengerucut, dengan asumsi tidak ada lagi perubahan dan negosiasi, seperti apa dampak tarif ini terhadap ekonomi AS, prospek inflasi, dan yang lebih penting untuk pasar obligasi, arah Fed Funds Rate (FFR)  ke depan?

Tarif merupakan pajak atas barang impor, sehingga ada kenaikan biaya yang pada akhirnya berdampak pada kenaikan harga dan inflasi. Di semester pertama 2025 sinyal kenaikan inflasi belum terlalu terlihat,  karena importir AS menerapkan strategi frontloading, melakukan impor lebih banyak untuk persediaan produksi sebelum tarif baru yang lebih tinggi berlaku.

Di lain pihak, kenaikan harga juga dapat membuat masyarakat mengurangi konsumsi dan menerapkan skala prioritas. Hal ini sudah mulai terlihat dalam data pertumbuhan PDB kuartal kedua AS, di mana data private domestic purchase yang menggambarkan konsumsi rumah tangga dan investasi korporasi  melandai hanya tumbuh 1.2%, pertumbuhan terendah sejak kuartal keempat 2022. Menurunnya konsumsi akan mempengaruhi aktivitas produksi dan sektor tenaga kerja. Hal ini pun sudah mulai terlihat dari data sektor tenaga kerja non farm payroll yang rata-rata hanya tumbuh 35 ribu per bulan, level terendah sejak pandemi.

Mempertimbangkan beberapa kondisi di atas, kami menilai The Fed masih memiliki ruang – bahkan lebih terbuka – untuk  menurunkan Fed Funds Rate (FFR) satu sampai dua kali sampai akhir tahun, dengan pandangan  bahwa  peningkatan tekanan inflasi akan bersifat sementara, di sisi lain pelemahan ekonomi sangat krusial untuk ditangani.

Beralih ke Indonesia, setelah aktif bernegosiasi, tingkat tarif untuk Indonesia berhasil diturunkan dari 32% menjadi 19%, ditambah beberapa komitmen – yang diumumkan langsung oleh Presiden Trump – untuk membeli produk energi senilai USD15 miliar, produk pertanian senilai USD4.5 miliar, dan 50 pesawat terbang. Bagaimana Anda melihat faktor ‘plus minus’ atas kesepakatan ini?

Tarif untuk Indonesia memang turun dari 32% ke 19%. Tapi kita harus ingat, tetap ada kenaikan dibandingkan tahun lalu yang hanya 10%. Kenaikan ini tetap akan berdampak pada perdagangan, mengingat ekspor unggulan ke AS adalah sektor padat karya seperti misalnya alas kaki dan tekstil. Namun secara relatif tarif yang dikenakan ke Indonesia adalah salah satu yang terendah di ASEAN, hanya kalah dari Singapura yang tarifnya 10%. Indonesia punya peluang untuk meningkatkan daya saing ekspor, jika dilakukan pembenahan dari sisi kualitas, konsistensi, regulasi, logistik dan sebagainya. 

Mengenai komitmen, pembelian produk energi dan pertanian tidak memberatkan. Di tahun 2024 Indonesia mengimpor energi dari AS senilai USD2 miliar, sementara dari negara-negara lain senilai USD33 miliar. Untuk komoditas pertanian, Indonesia mengimpor gandum, kedelai, dan pakan ternak dari AS senilai USD2 miliar, dan dari negara-negara lain senilai USD8 miliar. Indonesia dapat mengalihkan porsi impor dari negara lain ke AS. Selain itu, pembelian tersebut dapat menyeimbangkan neraca perdagangan dengan AS yang selama ini dikeluhkan. Sementara itu pembelian pesawat terbang merupakan komitmen jangka panjang yang mungkin baru akan dipenuhi sampai belasan bahkan puluhan tahun, mengingat untuk memproduksi satu pesawat saja membutuhkan waktu lama dan harus mengantre.

Sebagai tambahan, sedikit melenceng dari topik tarif AS,  jangan lupakan juga bahwa Indonesia baru saja merampungkan kesepakatan dengan Uni Eropa yang tertuang dalam IEU-CEPA (Indonesia European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement). Kesepakatan ini menjadi tonggak baru bagi Indonesia yang akan menghapuskan tarif dagang untuk ±98% produk ekspor ke Uni Eropa, seperti tekstil, alas kaki, minyak sawit, perikanan, dan suku cadang otomotif. Sebagai gantinya Indonesia akan mempermudah akses untuk komoditas ekspor Uni Eropa seperti mesin, farmasi, dan produk kimia. Pemerintah memproyeksi kesepakatan ini dapat meningkatkan ekspor ke Uni Eropa hingga 50% dalam 3 – 4 tahun ke depan, dan menciptakan 500 ribu lapangan kerja baru, dan memitigasi dampak kenaikan tarif AS.

Pertumbuhan PDB kuartal kedua 2025 baru saja diumumkan sebesar 5.12% YoY, lebih baik dari prediksi konsensus. Bagaimana dampaknya pada potensi penurunan BI Rate ke depan, mengingat sepanjang tahun berjalan BI Rate telah turun tiga kali dari 6.0% ke 5.25%? 

Benar, patut kita syukuri bahwa akhirnya di kuartal kedua ini pertumbuhan PDB berbalik arah naik, setelah dalam beberapa kuartal terakhir terus dalam tren penurunan. Namun masih terlalu dini untuk mengambil kesimpulan bahwa pembalikan arah ini dapat konsisten. Justru kami memperkirakan BI akan tetap mempertahankan kebijakan pro-growth untuk benar-benar memperkuat kondisi ekonomi, apalagi di tengah inflasi yang terjaga, nilai tukar Rupiah yang sudah lebih stabil, berlalunya ketidakpastian tarif. Kami perkirakan penurunan lanjutan BI Rate masih tetap terbuka. Median konsensus memperkirakan BI Rate dapat turun ke 5.0% di akhir 2025.  

Sepanjang paruh pertama 2025 – dengan segala perkembangan yang terjadi – pasar  obligasi domestik sangat gesit bertahan dan kinerjanya terus melaju. Masih banyakkah sisa ‘nafas’ untuk memasuki paruh kedua?

Dinamika makroekonomi global dan domestik tetap suportif bagi pasar obligasi. Meningkatnya preferensi pada aset di luar AS, pelemahan USD, serta outlook turunnya FFR dan BI Rate mendukung minat terhadap pasar obligasi Indonesia. Ekspektasi siklus penurunan suku bunga ini pun sebenarnya masih berlanjut di 2026, sehingga hal ini semakin mendukung daya tarik pasar obligasi ke depannya. Komitmen pemerintah untuk menjaga disiplin fiskal (defisit <3% dari PDB) juga merupakan faktor positif, seperti misalnya tercermin dari lembaga pemeringkat S&P yang bulan Juli lalu mengafirmasi rating ‘BBB’ dengan outlook stabil, mengindikasikan persepsi positif investor terhadap kondisi fiskal Indonesia. Secara singkat sebagai kesimpulan, outlook pasar obligasi sampai akhir tahun ini masih positif.

Bagaimana Anda meramu portofolio obligasi Anda, baik dari obligasi pemerintah maupun korporasinya?

Mengenai pengelolaan portofolio, saat ini kami fokus pada obligasi  tenor pendek sampai menengah, ditopang keyakinan bahwa baik The Fed dan BI akan menurunkan suku bunga acuan di paruh kedua 2025 ini. Selain itu, kita juga menambah alokasi pada obligasi korporasi dengan kualitas kredit yang baik dan memberikan premium imbal hasil yang menarik. Dalam melakukan investasi pada obligasi korporasi, kami melakukan analisa komprehensif termasuk analisa risiko kredit mandiri, sehingga kami tidak bergantung kepada lembaga pemeringkat rating eksternal obligasi. Selain itu, kami melakukan analisis risiko likuiditas dengan menganalisis data historis transaksi ataupun ketersediaan harga bid dan offer di pasar termasuk kedalaman volume bid-offer tersebut. Analisis kompabilitas juga menjadi pertimbangan penting dengan membandingkan yield spread premium terhadap imbal hasil obligasi pemerintah ataupun imbal hasil relatif terhadap obligasi korporasi lain yang sejenis (contoh dengan peringkat kredit yang sama dan durasi yang sama).

 

 

 

 

Unduh Dokumen

 

 

 


 

 

Tentang PT Manulife Aset Manajemen Indonesia

PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) adalah manajer investasi dengan total dana kelolaan terbesar di Indonesia, yaitu Rp101,7 triliun (Juni 2025) dengan pangsa pasar 12% (Maret 2025) di antara >90 perusahaan manajer investasi. MAMI telah hadir dan mendampingi langkah dari lebih dari 2 juta investor individu dan institusi (per akhir Desember 2024) selama 27 tahun sejak 1996. MAMI adalah bagian dari Manulife Investment Management dan Manulife Financial Corporation yang berkantor pusat di Toronto, Kanada.

Lihat semua
Informasi pengkinian data dan profil risiko

Pastikan data-data pribadi hingga profil risiko Anda adalah yang terkini. Data-data terkini akan sangat membantu kelancaran transaksi Anda di Reksa Dana Manulife. Selengkapnya

View more

Waspada modus penipuan mengatasnamakan MAMI. Selengkapnya

View more
Informasi pengkinian data dan profil risiko

Pastikan data-data pribadi hingga profil risiko Anda adalah yang terkini. Data-data terkini akan sangat membantu kelancaran transaksi Anda di Reksa Dana Manulife. Selengkapnya

View more

Waspada modus penipuan mengatasnamakan MAMI. Selengkapnya

View more