20 Juni, 2022
Pekan lalu
Pasar saham Amerika Serikat melemah pekan lalu dibayangi oleh kenaikan suku bunga The Fed yang agresif dan dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi. The Fed menaikkan suku bunga acuan sebesar 75bps menjadi 1.50-1.75% dan merevisi naik ekspektasi tingkat suku bunga di akhir 2022 mencapai 3.4%, naik dari ekspektasi sebelumnya di 1.9%. Perubahan The Fed menjadi lebih agresif merespon data inflasi AS bulan Mei yang naik ke level tertinggi dalam 40 tahun. Tidak hanya The Fed saja, bank sentral di kawasan negara maju lain juga beranjak lebih hawkish, di mana bank sentral Swiss, pertama kalinya sejak 2007, menaikkan suku bunga sebesar 50bps, dan bank sentral Inggris menaikkan suku bunga 25bps dalam lima pertemuan berturut-turut. Indeks S&P 500 melemah 5.79% pekan lalu dan imbal hasil UST 10Y naik dari 3.15% ke 3.22%.
Pasar saham kawasan Asia tidak luput dari tekanan sentimen negatif pasar global. Indeks MSCI Asia Pacific melemah 5.63% pekan lalu. Namun pasar saham China relatif lebih resilien dan berhasil mencatat kinerja positif, di mana indeks Shanghai naik 0.97% dan indeks CSI 300 menguat 1.65%. Kinerja pasar China didukung optimisme pemulihan dari lockdown, di mana data penjualan ritel membaik ke -6.7% YoY di Mei dari sebleumnya -11.1%, dan data industrial production tumbuh 0.7% YoY dari sebelumnya -2.9%.
IHSG bergerak fluktuatif pekan lalu dan ditutup turun 2.11%. Sektor industrial dan energi mencatat pelemahan terdalam. Investor asing membukukan penjualan bersih pekan lalu senilai IDR1.37 triliun. Pasar obligasi juga ditutup turun 1.06% dengan imbal hasil obligasi pemerintah 10Y naik dari 7.20% ke 7.47%. Data domestik yang dirilis adalah Neraca Perdagangan Mei yang membukukan surplus USD2.90 miliar. Ekspor tumbuh 27.00% YoY, sementara impor tumbuh 30.74% YoY.
Pekan ini
Pekan ini pasar akan memperhatikan rapat Bank Indonesia, terutama komentar dari BI terkait arah kebijakan suku bunga. Konsensus pasar memperkirakan BI akan mempertahankan suku bunga acuan pada 3.50%.
Di pasar global, pasar akan memperhatikan data ekonomi AS untuk menakar laju pertumbuhan ekonomi di tengah kenaikan suku bunga yang agresif. Pekan ini akan dirilis data dari tiga sektor: properti, manufaktur, serta indeks keyakinan konsumen.
IDB: Inflasi domestik kembali melandai
Baca selengkapnyaIWH: Pasar merespon positif nominasi menteri keuangan AS
Investment Weekly Highlights
IDB: Pemerintah menetapkan kenaikan UMP 2025 di 6.5%
Baca selengkapnya
Pekan ini
Pekan ini pasar akan memperhatikan rapat Bank Indonesia, terutama komentar dari BI terkait arah kebijakan suku bunga. Konsensus pasar memperkirakan BI akan mempertahankan suku bunga acuan pada 3.50%.
Di pasar global, pasar akan memperhatikan data ekonomi AS untuk menakar laju pertumbuhan ekonomi di tengah kenaikan suku bunga yang agresif. Pekan ini akan dirilis data dari tiga sektor: properti, manufaktur, serta indeks keyakinan konsumen.