26 September, 2022
Pekan lalu
Pasar saham Amerika Serikat melemah pekan lalu setelah The Fed menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin untuk ketiga kalinya dan mengindikasikan tingkat suku bunga tinggi dapat dipertahankan lebih lama dari ekspektasi pasar. Kenaikan suku bunga Fed sebesar 75 basis poin – menjadi 3.0-3.25% – telah diperkirakan secara luas, namun proyeksi median Fed yang menunjukkan suku bunga 4.4% pada akhir 2022 dan 4.6% pada akhir 2023 membuat kejuatan bagi pelaku pasar yang sebelumnya memperkirakan The Fed dapat mulai memangkas suku bunga di 2023. Ketua The Fed Jerome Powell menyatakan fokus utama adalah menanggulangi inflasi, walau harus mengorbankan pertumbuhan, untuk mencegah inflasi menjadi masalah berkepanjangan. Kenaikan suku bunga ini diikuti oleh bank sentral negara lain seperti Inggris, Swiss, Norwegia, dan Swedia. Indeks S&P 500 melemah 4.65% dan indeks Dow Jones melemah 4.0% pekan lalu. Imbal hasil UST 10Y naik dari 3.45% ke 3.68%.
Pasar saham kawasan Asia melemah pekan lalu dibayangi sentimen menghidari risiko dari pelaku pasar setelah adanya indikasi arah kebijakan The Fed yang tetap agresif. Beberapa bank sentral kawasan Asia turut menaikkan suku bunga mengikuti The Fed seperti Taiwan dan Filipina. Sementara itu Hong Kong merelaksasi aturan Covid bagi pendatang internasional dengan meniadakan aturan karantina. Ini merupakan langkah besar bagi Hong Kong dalam pembukaan kembali ekonomi dan menjaga daya saing dengan pusat finansial dunia lain seperti New York, London, dan Singapura yang telah lebih dulu membuka kembali ekonominya. Indeks MSCI Asia Pacific melemah 3.47% pekan lalu.
Pasar Indonesia tidak luput dari volatilitas pasar global, namun IHSG berhasil ditutup positif 0.14%. Investor asing mencatat penjualan bersih IDR490 miliar pekan lalu. Nilai tukar Rupiah melemah 0.55% ke level IDR15038 per USD. Pasar obligasi melemah 0.19% dengan imbal hasil obligasi pemerintah 10Y naik dari 7.21% ke 7.28%. Bank Indonesia menaikkan suku bunga acuan 50bps ke 4.25%. Gubernur BI Perry Warjiyo memberi sinyal inflasi September dapat melonjak ke kisaran 5.9% YoY dan inflasi tahunan 2022 tembus 6.0% YoY. Tambahnya, kenaikan suku bunga 50bps saat ini adalah strategi frontloading, pre-emptive, dan forward looking agar inflasi 2023 dapat kembali ke kisaran 3% ±1% serta menjaga nilai fundamental Rupiah di tengah volatilitas pasar finansial global.
Pekan ini
Pekan ini pasar akan memperhatikan data ekonomi China di mana industrial profits diperkirakan akan kembali melemah. Sementara itu data PMI China diperkirakan akan variatif di mana sektor diperkirakan melemah, sementara sektor manufaktur menguat.
Sementara di Amerika Serikat pasar akan memperhatikan data PCE, di mana konsensus pasar memperkirakan angka PCE naik di Agustus baik secara bulanan maupun tahunan.
IDB: Inflasi AS lebih tinggi dari ekspektasi
Investment Daily Bread
IDB: Pasar menantikan data inflasi AS
Investment Daily Bread
IDB: Pasar kecewa tidak ada pengumuman stimulus China tambahan
Investment Daily Bread
Pekan ini
Pekan ini pasar akan memperhatikan data ekonomi China di mana industrial profits diperkirakan akan kembali melemah. Sementara itu data PMI China diperkirakan akan variatif di mana sektor diperkirakan melemah, sementara sektor manufaktur menguat.
Sementara di Amerika Serikat pasar akan memperhatikan data PCE, di mana konsensus pasar memperkirakan angka PCE naik di Agustus baik secara bulanan maupun tahunan.