30 September 2024
Sepekan kemarin pasar saham Amerika Serikat menguat ditopang oleh setidaknya 3 faktor. Yang pertama adalah komentar pejabat The Fed Minneapolis yang memperkuat sinyal berlanjutnya penurunan suku bunga di kuartal terakhir 2024, yang kedua adalah rilis berbagai stimulus dari pemerintah dan bank sentral China untuk menopang ekonomi, dan yang terakhir adalah data-data ekonomi Amerika Serikat sendiri seperti revisi pertumbuhan PDB, jobless claim, dan PCE yang memperkuat ekspektasi soft landing, bukan resesi. Indeks utama S&P, DJIA, dan Nasdaq menguat antara 0.6% - 0.9%. Imbal hasil UST sepekan ini cukup stabil ditutup di 3.75% dengan USD yang masih cenderung melandai gradual. Pekan awal bulan baru ini akan banyak rilis data yang diperhatikan, seperti job opening, durable goods order, dan jobless claim.
Stimulus ekonomi pemerintah dan bank sentral China yang diumumkan berturut-turut hampir setiap hari membuat pasar saham China dan Hong Kong melejit, dan Asia Pasifik secara keseluruhan juga tertopang. China menurunkan suku bunga antar bank jangka pendek 7 dan 14 hari, dan juga jangka 1 tahun, untuk meningkatkan likuiditas. Stimulus sektor properti berupa penurunan uang muka pinjaman, bantuan social untuk rakyat miskin, serta beberapa stimulus lainnya membuat sektor properti, konsumsi, menguat. Indeks saham CSI300 & Hang Seng menguat lebih dari 10% sepekan. Dari Korea, SK Hynix menjadi perhatian setelah mengumumkan produksi masal chip 12 lapis yang akan banyak digunakan untuk AI. Di awal pekan ini beberapa data yang akan menjadi perhatian adalah industrial production Korea Selatan, Jepang, dan PMI China.
Berbeda dengan pasar Asia, pasar saham Indonesia bergerak melemah terutama IHSG. Sepekan kemarin IHSG -0.60%, sementara IDX80 lebih stabil hanya melemah 0.15%. Aksi ambil untung banyak terjadi di sektor perbankan yang sudah melonjak tinggi. Investor asing tercatat melakukan aksi jual senilai IDR3.3 triliun. Pasar obligasi bergerak mendatar menguat 0.09% dengan imbal hasil SBN10Y naik 3bp. Di lain pihak, Rupiah tetap kokoh bertahan di bawah 15200, menguat 0.17% sepekan ke level 15125 per Dolar AS. Data ekonomi yang diperhatikan pasar pekan ini adalah inflasi, yang diperkirakan akan menjadi salah satu pertimbangan arah kebijakan Bank Indonesia selanjutnya.
Seeking Alpha Mei 2025: Menunggu hasil negosiasi tarif
Seeking Alpha
IDB: Presiden Trump Umumkan Kesepakatan AS - Inggris
Investment Daily Bread
IDB: The Fed mempertahankan suku bunga
Investment Daily Bread