5 Agustus, 2021
Antisipasi normalisasi kebijakan bank sentral terutama di Amerika Serikat tampaknya menjadi salah satu pertimbangan utama arah strategi investasi pada paruh kedua di tahun 2021. Apa komentar anda akan hal ini?
Betul, normalisasi kebijakan Fed menjadi salah satu faktor penting dalam pengelolaan portofolio di tahun ini. Seperti yang sudah diantisipasi oleh pasar, tren pemulihan ekonomi Amerika Serikat (AS) – yang ditunjukkan oleh meningkatnya proyeksi pertumbuhan PDB dan inflasi – menyebabkan pergeseran kebijakan moneter Fed dari yang sangat longgar menjadi lebih ketat. Meskipun kebijakan moneter yang lebih ketat berpotensi mengurangi likuditas global dan memberikan tekanan pada pasar obligasi, namun pendekatan dan arahan Fed yang ultra-gradual diperkirakan akan membuat dampak negatif dari pengetatan moneter tersebut menjadi lebih terbatas (tidak seperti taper tantrum di tahun 2013). Dapat dikatakan bahwa kebijakan pengetatan Fed dan dampaknya terhadap kenaikan imbal hasil US Treasury sudah diperhitungkan dan diterima oleh pasar sejak awal tahun. Di samping itu pertumbuhan ekonomi AS yang diperkirakan sudah mencapai puncaknya pada kuartal dua berpotensi mempengaruhi rilis data perekonomian AS ke depannya menjadi lebih moderat, sehingga ekspektasi terhadap pemulihan pertumbuhan ekonomi dan inflasi menjadi lebih terbatas. Kondisi ini dapat mempengaruhi volatilitas pergerakan imbal hasil US Treasury agar lebih terjaga.
Seberapa besar kiranya pengaruh kebijakan normalisasi ini terhadap pasar obligasi Indonesia?
Kebijakan moneter dan fiskal Amerika Serikat sebagai salah satu ekonomi terbesar di dunia tentu memiliki pengaruh terhadap negara lain, khususnya negara berkembang seperti Indonesia. Pengaruhnya dapat dirasakan melalui pergerakan suku bunga, imbal hasil obligasi, serta nilai tukar domestik. Meskipun kebijakan moneter AS yang lebih ketat berpotensi mempengaruhi pergerakan imbal hasil obligasi domestik dan nilai tukar rupiah, namun seperti yang telah disampaikan sebelumnya pendekatan Fed yang ultra-gradual serta kebijakan pengetatan moneternya yang sudah diperhitungkan dan diterima oleh pelaku pasar berpotensi membuat volatilitas pergerakan imbal hasil US Treasury dapat lebih terjaga.
Secara fundamental perekonomian Indonesia juga semakin membaik. Beberapa indikator seperti neraca transaksi berjalan, inflasi, dan cadangan devisa menunjukkan perbaikan yang cukup berarti sehingga kondisi ini dapat membuat Indonesia menjadi lebih kuat/sigap dalam menghadapi normalisasi kebijakan bank sentral AS. Ke depannya, jika terjadi kenaikan imbal hasil US Treasury – selama kenaikan tersebut terjadi secara bertahap – maka akan memberikan dampak yang konstruktif terhadap perekonomian dan pasar finansial Indonesia.
Dibandingkan dengan pasar saham, kinerja pasar obligasi Indonesia terlihat lebih ‘tahan’ menghadapi ledakan kasus Covid-19. Apa komentar anda akan hal ini?
Ledakan kasus Covid-19 setelah libur Lebaran yang lalu memang sudah diperkirakan dan diantisipasi oleh pemerintah maupun pelaku pasar obligasi. Sehingga meskipun jumlah kasus positif Covid-19 tersebut melonjak di atas ekspektasi pemerintah, namun tidak berdampak buruk ke pasar obligasi. Ketahanan pasar obligasi yang lebih baik di tahun ini didukung oleh beberapa faktor positif diantaranya;
Sentimen yang lebih positif di pasar domestik dan global berpotensi menggerakkan imbal hasil obligasi pemerintah denominasi rupiah tenor 10 tahun untuk dapat turun lebih dalam dari level saat ini.
Melambatnya pertumbuhan ekonomi sebagai dampak penerapan PPKM Darurat tentu menjadi faktor risiko yang perlu dicermati khususnya pada obligasi korporasi. Apa strategi investasi yang diterapkan dalam mengelola risiko kredit pada obligasi korporasi?
Guna meminimalisir risiko kredit pada obligasi korporasi, kami menerapkan tiga strategi utama di antaranya;
Terutama pada kondisi pandemi, pemilihan investasi difokuskan pada perusahaan berkualitas tinggi, yakni perusahaan yang memiliki fundamental yang baik, profil kredit dan parental support yang kuat, serta tidak terlalu rentan terhadap dampak perubahan sikus ekonomi. Sejauh ini strategi investasi yang diterapkan terbukti berhasil memberikan dorongan kinerja yang baik pada portofolio dengan tingkat volatilitas yang relatif rendah. Ke depannya kami akan terus melakukan analisa dampak kondisi ekonomi terhadap emiten obligasi korporasi yang terdapat dalam portofolio.
Apa katalis positif yang dinantikan untuk pasar obligasi di paruh kedua di tahun ini?
Secara umum terdapat dua faktor penting yang dapat mendukung pergerakan pasar obligasi yaitu siklus suku bunga dan mekanisme dari sisi permintaan/penawaran;
Penanganan pandemi yang efektif dan cepat turut diperlukan untuk mendorong sentimen yang lebih positif di pasar obligasi.
Tadi sudah disebutkan katalis positif yang dinantikan, bagaimana dengan risiko yang perlu dicermati?
Faktor risiko yang kami cermati dari sisi eksternal adalah volatilitas pada imbal hasil US Treasury, flight to safety pada dolar AS, ketegangan geopolitik, dan perubahan komunikasi kebijakan Fed. Sementara faktor risiko dari sisi internal yakni perlambatan ekonomi domestik yang disebabkan oleh pembatasan aktivitas masyarakat, yang berpengaruh terhadap outlook peringkat utang Indonesia serta dampaknya terhadap defisit anggaran pemerintah.
Di tengah kondisi saat ini apa strategi investasi yang diterapkan guna menghasilkan alpha pada kinerja portofolio obligasi?
Dengan mempertimbangkan outlook pasar obligasi Indonesia yang masih menawarkan upside potential yang baik, kami menilai level saat ini masih cukup menarik bagi investor untuk berinvestasi.
IDB: Inflasi AS lebih tinggi dari ekspektasi
Investment Daily Bread
IDB: Pasar menantikan data inflasi AS
Investment Daily Bread
IDB: Pasar kecewa tidak ada pengumuman stimulus China tambahan
Investment Daily Bread