20 Maret, 2024
Bulan ini kami mengetengahkan komentar pasar terkini dari Portfolio Manager, Fixed Income PT Manulife Aset Manajemen Indonesia, Laras Febriany.
Terdapat pandangan The Fed dapat mulai memangkas suku bunga tahun ini, namun imbal hasil SBN 10-tahun justru mengalami peningkatan di awal tahun ini dari 6.45% menjadi 6.59%. Faktor apa yang mempengaruhi ini?
Kondisi ini terjadi merespons data ekonomi AS yang lebih kuat dari ekspektasi, di mana data ketenagakerjaan dan inflasi cenderung lebih tinggi dari ekspektasi pasar di awal tahun ini. Data ini memperkuat pandangan bahwa The Fed tidak perlu buru-buru menurunkan suku bunga. Di sisi lain, data ini tidak sesuai dengan ekspektasi pasar yang memperkirakan The Fed akan menurunkan suku bunga secara agresif di 2024. Di awal tahun pasar memperkirakan The Fed dapat memangkas suku bunga sebesar 150bps tahun ini dengan pemangkasan pertama di bulan Maret, lebih agresif dibanding ekspektasi The Fed yang memperkirakan pemangkasan 75bps. Merespons kondisi ini, pasar telah menyesuaikan ekspektasinya, di mana estimasi pemangkasan suku bunga pasar turun menjadi 80bps yang lebih selaras dengan ekspektasi The Fed.
Apakah masih ada keyakinan terhadap potensi pemangkasan suku bunga The Fed tahun ini?
Kami masih melihat adanya potensi pemangkasan suku bunga The Fed tahun ini. Sejauh ini yang berubah adalah ekspektasi pasar yang tadinya agresif menjadi lebih selaras dengan The Fed, sementara sikap The Fed masih belum berubah. Dalam pernyataan terakhirnya di awal Maret, Ketua The Fed Jerome Powell menyatakan bahwa The Fed semakin mendekati keyakinan yang dibutuhkan untuk mulai memangkas suku bunga. Pernyataan ini menjadi indikasi bahwa keyakinan The Fed terus meningkat dan kita semakin mendekati periode pemangkasan suku bunga.
Inflasi Indonesia cenderung naik di awal tahun ini. Apakah ini berisiko menjadi kondisi yang persisten dan dapat mempengaruhi kebijakan suku bunga Bank Indonesia?
Dalam jangka pendek kami memang melihat tekanan inflasi Indonesia akan cenderung meningkat. Penurunan produksi beras dan tertundanya masa panen akibat El Nino menyebabkan kenaikan harga beras yang dapat mendorong kenaikan inflasi dalam jangka pendek. Kementerian Pertanian mengindikasikan bahwa periode panen raya mundur karena efek El Nino, dari biasanya terjadi di bulan Maret-April, menjadi April-Mei. Selain itu periode Ramadhan juga secara musiman dapat menyebabkan inflasi cenderung naik. Namun kami melihat beberapa faktor ini bersifat jangka pendek dan musiman yang harusnya tidak berdampak pada kebijakan BI dalam jangka menengah. Tekanan inflasi berpotensi untuk mereda seiring dengan datangnya musim panen dan berakhirnya periode Ramadhan dan Idul Fitri. Sebagai gambaran lain, inflasi inti yang mengindikasikan tekanan inflasi secara fundamental, masih menunjukkan tren melandai ke level 1.68% di Februari.
Investor asing mencatat penjualan bersih di pasar obligasi di awal tahun ini. Bagaimana minat investor domestik terhadap obligasi di minat asing yang fluktuatif?
Kondisi global yang fluktuatif di tengah ketidakpastian kebijakan The Fed tentunya mempengaruhi selera investasi investor asing. Positifnya, bauran kebijakan BI yang pro-stabilitas dan minat investor domestik yang kuat berhasil menopang pasar obligasi. Di periode Januari hingga Februari investor asing mencatat penjualan bersih IDR5.5 triliun, namun BI membukukan pembelian bersih IDR39 triliun, dan investor individu mencatat pembelian bersih IDR22 triliun. Permintaan yang kuat di lelang SUN juga menjadi indikasi minat investor yang tetap kuat. Hingga akhir Februari 2024, rata-rata penawaran lelang SUN mencapai IDR58 triliun per lelang, lebih tinggi dari rata-rata penawaran di 2023 IDR44 triliun. Tingkat imbal hasil yang menarik serta optimisme pasar terhadap potensi pemangkasan suku bunga masih mendukung minat investor domestik terhadap pasar obligasi.
Dengan optimisme potensi pemangkasan suku bunga yang positif bagi pasar obligasi, adakah faktor risiko yang perlu diperhatikan investor?
Risiko utama adalah apabila terdapat indikasi pemangkasan suku bunga The Fed akan mundur, yang mungkin dipengaruhi oleh data ekonomi AS lebih resilien dari ekspektasi. Perubahan ekspektasi pasar tentunya dapat menyebabkan volatilitas di pasar. Selain itu faktor geopolitik juga dapat menjadi faktor yang tidak dapat diprediksi, dengan konflik yang masih berlanjut di Timur Tengah dan Ukraina, serta hubungan AS – China yang cenderung tidak stabil. Walau kondisi geopolitik ini tidak mempengaruhi ekonomi Indonesia secara langsung, namun eskalasi kondisi dapat mempengaruhi risk appetite investor. Di sisi domestik, perkembangan inflasi dan juga rencana APBN 2025 Presiden terpilih baru akan menjadi perhatian pasar.
Bagaimana strategi portofolio Anda di tengah kondisi pasar yang dinamis ini?
Kami memandang 2024 sebagai tahun yang potensial bagi pasar obligasi didukung adanya potensi pemangkasan suku bunga. Namun tidak bisa dipungkiri, volatilitas jangka pendek masih dapat terjadi hingga terdapat kejelasan arah kebijakan suku bunga The Fed. Oleh karena itu, kami selalu mengelola portofolio secara aktif, bergerak dinamis antara defensif dan agresif untuk membentuk portofolio yang optimal. Strategi portofolio akan disesuaikan berdasarkan tinjauan makroekonomi terkini serta fokus pada manajemen durasi, kas dan pemilihan efek untuk membentuk portofolio yang dapat bergerak dengan lincah.
IDB: Inflasi domestik kembali melandai
Baca selengkapnyaIWH: Pasar merespon positif nominasi menteri keuangan AS
Investment Weekly Highlights
IDB: Pemerintah menetapkan kenaikan UMP 2025 di 6.5%
Baca selengkapnya