25 September 2024
Global
Pasar saham Amerika Serikat melanjutkan penguatan, masih terkait dengan arah kebijakan The Fed dan berita dari bank sentral China PBoC yang dirilis pada pagi sebelumnya. S&P500 menembus level tertinggi untuk ke-41 kalinya di tahun ini, naik 0.3% ke level 5732.92. DJIA dan Nasdaq juga menguat masing-masing 0.2% dan 0.6%. Pasar sepertinya melupakan sejenak rilis data Consumer Confidence bulan September yang melemah ke level 98.7 - level terendah sejak Agustus 2021 - yang mungkin dianggap kurang relevan lagi dengan adanya penurunan FFR dan arah kebijakan The Fed yang dovish ke depannya.
Asia
Stimulus lanjutan berupa pelonggaran likuiditas yang diumumkan China untuk menopang ekonomi membuat pasar Greater China menguat signifikan. Indeks CSI 300 menguat 4.33% dan indeks Hang Seng menguat 4.13%, terutama ditopang oleh saham-saham properti dan finansial. Bank sentral China mengumumkan akan menurunkan Reserve Requirement Ratio sebesar 50bps dan 7 Days Repo Rate dari 1.7% ke 1.5%, setelah sehari sebelumnya juga sudah menurunkan 14 Days Repo Rate dari 1.95% ke 1.85%. Selain itu, uang muka untuk KPR kedua juga diturunkan dari 25% ke 15%. Mayoritas pasar Asia lainnya pun menguat, dengan indeks MSCI Asia Pacific naik 1.30%. Sementara itu bank sentral Australia mempertahankan suku bunga acuan 4.35%, sesuai ekspektasi pasar.
Indonesia
IHSG menguat tipis 0.04% ke level 7778.5. Sektor utilitas memimpin penguatan, dan sektor properti menjadi yang paling terpuruk. LQ45 dan IDX30 cenderung flat dengan kenaikan masing-masing 0.02% dan 0.10%. Posisi beli bersih investor asing tercatat final senilai IDR 11 miliar. Pasar obligasi, imbal hasil SBN, dan nilai tukar bergerak stabil cenderung mendatar. sedikit menguat, dengan indeks BINDO naik 0.04%. imbal hasil SBN10Y turun ke 6.45%, dan Rupiah bertengger di 15185 per Dolar AS.
25 September 2024
Global
Pasar saham Amerika Serikat melanjutkan penguatan, masih terkait dengan arah kebijakan The Fed dan berita dari bank sentral China PBoC yang dirilis pada pagi sebelumnya. S&P500 menembus level tertinggi untuk ke-41 kalinya di tahun ini, naik 0.3% ke level 5732.92. DJIA dan Nasdaq juga menguat masing-masing 0.2% dan 0.6%. Pasar sepertinya melupakan sejenak rilis data Consumer Confidence bulan September yang melemah ke level 98.7 - level terendah sejak Agustus 2021 - yang mungkin dianggap kurang relevan lagi dengan adanya penurunan FFR dan arah kebijakan The Fed yang dovish ke depannya.
Asia
Stimulus lanjutan berupa pelonggaran likuiditas yang diumumkan China untuk menopang ekonomi membuat pasar Greater China menguat signifikan. Indeks CSI 300 menguat 4.33% dan indeks Hang Seng menguat 4.13%, terutama ditopang oleh saham-saham properti dan finansial. Bank sentral China mengumumkan akan menurunkan Reserve Requirement Ratio sebesar 50bps dan 7 Days Repo Rate dari 1.7% ke 1.5%, setelah sehari sebelumnya juga sudah menurunkan 14 Days Repo Rate dari 1.95% ke 1.85%. Selain itu, uang muka untuk KPR kedua juga diturunkan dari 25% ke 15%. Mayoritas pasar Asia lainnya pun menguat, dengan indeks MSCI Asia Pacific naik 1.30%. Sementara itu bank sentral Australia mempertahankan suku bunga acuan 4.35%, sesuai ekspektasi pasar.
Indonesia
IHSG menguat tipis 0.04% ke level 7778.5. Sektor utilitas memimpin penguatan, dan sektor properti menjadi yang paling terpuruk. LQ45 dan IDX30 cenderung flat dengan kenaikan masing-masing 0.02% dan 0.10%. Posisi beli bersih investor asing tercatat final senilai IDR 11 miliar. Pasar obligasi, imbal hasil SBN, dan nilai tukar bergerak stabil cenderung mendatar. sedikit menguat, dengan indeks BINDO naik 0.04%. imbal hasil SBN10Y turun ke 6.45%, dan Rupiah bertengger di 15185 per Dolar AS.
IDB: Menantikan keputusan BI Rate
Investment Daily Bread
IDB: China memangkas suku bunga
Investment Daily Bread
IWH: Penangguhan tarif AS-China mengangkat sentimen
Investment Weekly Highlights