Hanya untuk investor profesional PT Manulife Aset Manajemen Indonesia.
Bukan untuk umum.
ULASAN MAKROEKONOMI
Inflasi umum bulan Juni naik ke +2.4% YoY dari +1.9% YoY di bulan Juni, dipicu terutama oleh kenaikan harga pangan (+0.3% MoM). Inflasi dari makanan minuman dan tembakau naik pesat menjadi +3.8% YoY dari bulan sebelumnya +2.0%, dipicu oleh kenaikan harga beras (+1.6% MoM) dan bawang merah (+10% MoM). Walaupun terjadi kenaikan inflasi pendidikan yang dipicu kenaikan uang sekolah di tahun ajaran baru, inflasi ini tercatat +2.3% YoY, sedikit turun dibandingkan bulan sebelumnya +2.4% YoY.
Surplus perdagangan bulan Juni tercatat sebesar USD4.1 miliar, lebih rendah dari USD4.3 miliar di bulan Mei, seiring penurunan baik ekspor maupun impor. Secara kumulatif, di paruh pertama tahun ini surplus perdagangan mencapai USD19.5 miliar, dibandingkan USD15.6 miliar di periode yang sama tahun lalu. Ekspor turun 4.8% MoM dipicu penurunan ekspor batu bara, dan besi baja. Dari segi destinasi, ekspor ke Cina mengalami penurunan, sementara ke Amerika Serikat (AS) naik, mencerminkan strategi frontloading sebelum berlakunya tarif resiprokal AS. Impor turun 4.8% MoM, dipicu oleh barang konsumsi dan bahan mentah. Di lain pihak, impor barang modal meningkat 37% YoY, ditopang pembelian mesin. Tarif perdagangan 19% untuk Indonesia termasuk di kisaran menengah di antara negara-negara lain. Ke depannya, kami melihat kemungkinan penurunan ekspor dan surplus perdagangan yang menyempit dengan AS akibat kenaikan tarif ini. Di tahun 2024, surplus perdagangan Indonesia dengan AS tercatat 1.3% dari PDB.
Bank Indonesia (BI) memangkas suku bunga acuan 25bps menjadi 5.25% dalam Rapat Dewan Gubernur bulan Juli, melanjutkan siklus pelonggaran setelah sempat terhenti di bulan Juni, lebih cepat dari pemotongan sebelumnya di bulan Mei dan Januari yang mengalami jeda 3 bulan. BI juga menyatakan akan terus mengkaji ruang pemangkasan lebih lanjut dengan memperhitungkan waktu dan besaran tergantung perkembangan global dan domestik.
PASAR SAHAM
Di bulan Juli pasar global bangkit setelah kesepakatan terjadi antara AS dengan beberapa mitranya, serta redanya tensi geopolitik setelah gencatan senjata Iran Israel di bulan Juni. Seiring ketertinggalan kinerja di bulan Juni, IHSG berbalik arah menguat – walaupun mengalami arus dana keluar – dan menjadi negara berkinerja terbaik kedua di ASEAN, setelah Indonesia juga menjadi salah satu dari beberapa negara yang paling dulu mencapai kesepakatan perdagangan dengan AS. IHSG +8.0%, unggul dari pasar global (MSCI World +1.2%), pasar kawasan (MSCI Asia Pacific ex Japan +2.0%) dan pasar kawasan berkembang (MSCI Emerging Market +1.7%). Investor asing mencatat arus dana keluar USD511 juta, mirip dengan bulan sebelumnya. Seluruh sektor mencatatkan kenaikan dengan teknologi (+41.6%) dan infrastruktur (+29.3%) menjadi yang terunggul.
Kekhawatiran terhadap tensi geopolitik dan tarif AS serta kebijakan domestik tetap akan mempengaruhi pasar finansial. Di lain pihak, fundamental Indonesia yang kuat (misalnya ketergantungan rendah pada ekspor) dan siklus suku bunga yang lebih rendah dapat mendukung minat investor asing ke Indonesia dalam jangka menengah-panjang terutama jika pertumbuhan ekonomi tetap tangguh. Pasar saham Indonesia diperdagangkan pada valuasi yang menarik, jauh lebih rendah dari rata-ratanya dalam sepuluh tahun terakhir. Kami terus percaya bahwa eksposur terhadap ekonomi Indonesia dapat tetap positif dan kami tetap optimis terhadap daya tarik investasi jangka panjang di Indonesia.
PASAR OBLIGASI
Pasar obligasi domestik tetap kukuh, dengan proksi indeks BINDO mencatatkan kenaikan +1.17% MoM, setara dengan kenaikan +6.81% YTD. Imbal hasil obligasi pemerintah 10Y turun 6bps dari 6.62% ke 6.55%, berbalikan dari kenaikan imbal hasil UST 10Y dari 4.23% ke 4.37% (+14bps). Selisih imbal hasil UST dan obligasi pemerintah Indonesia menyempit dari 239bps ke 219bps, lebih mendatar dibandingkan rata-rata 1 tahun 256bps. Potensi pemangkasan Fed rate yang lebih moderat akibat tarif resiprokal terus menjadi pendorong utama volatilitas global, sementara pemangkasan dari BI di bulan Juli menjadi pendorong utama positifnya pasar domestik.
Ekspektasi pemangkasan Fed Funds Rate terbelah di antara pejabat The Fed, seiring pandangan yang berbeda terhadap dampak tarif pada inflasi. The Fed memberi sinyal pemangkasan mungkin lebih sesuai dilakukan di September atau Desember nanti.
Dari sisi moneter dalam negeri, BI menurunkan suku bunga acuan dan terus melanjutkan pengurangan penerbitan SRBI, dengan imbal hasil tertimbangnya terus turun dari 6.19% ke 5.57%. Ini juga menjadi salah satu pendorong kenaikan pasar obligasi di periode Juli.
Di pasar primer, secara spesifik lelang reguler obligasi pemerintah, permintaan dalam lelang SUN tetap marak dan tercatat lebih tinggi dibandingkan rata-rata tahun 2025 sebesar IDR82 triliun. Permintaan SUN tercatat naik ke level tertinggi sebesar IDR121.68 triliun, terus melebihi level IDR100 triliun. Lebih jauh, minat terhadap SBSN dalam lelang juga mencatat angka tertinggi IDR50.26 triliun, lebih tinggi dari rata-rata 2025 di level IDR30 triliun. Dari sisi obligasi ritel, saat ini pemerintah sedang menawarkan SBR014T2 (2 tahun dengan kupon 6.25%), serta SBR014T4 (4 tahun, kupon 6.35%) dengan target awal IDR15 triliun.
Investor asing mencatat pembelian bersih di bulan Juli sebesar IDR17.03 triliun, membuat kepemilikan asing naik ke 14.58% dari seluruh obligasi yang diperdagangkan, dibandingkan bulan sebelumnya di level 14.56%.
Kurva imbal hasil bulan Juni masih menunjukkan pola bullish steepening, tenor pendek paling unggul. Imbal hasil tenor 2 dan 5 tahun turun masing-masing 22bps dan 14bps.
Pastikan data-data pribadi hingga profil risiko Anda adalah yang terkini. Data-data terkini akan sangat membantu kelancaran transaksi Anda di Reksa Dana Manulife. Selengkapnya
View more
Waspada modus penipuan mengatasnamakan MAMI. Selengkapnya
View more
Informasi pengkinian data dan profil risiko
Pastikan data-data pribadi hingga profil risiko Anda adalah yang terkini. Data-data terkini akan sangat membantu kelancaran transaksi Anda di Reksa Dana Manulife. Selengkapnya
View more
Waspada modus penipuan mengatasnamakan MAMI. Selengkapnya