Skip to main content
Back

Monthly Market Review Februari 2024

8 Maret 2024

Hanya untuk investor profesional PT Manulife Aset Manajemen Indonesia.
Bukan untuk umum.

 

 

ULASAN MAKROEKONOMI

 

Indikator makro Indonesia bulan Februari 2024 tetap stabil. Inflasi umum tercatat sebesar 2.8% YoY dari bulan sebelumnya 2.6% YoY, didorong oleh inflasi pangan (6.4% YoY dibandingkan bulan sebelumnya 5.8% YoY) terutama berasal dari kenaikan harga beras dan cabai. Pendorong lainnya adalah inflasi transportasi, tercatat sebesar 1.4% YoY dari bulan sebelumnya 1.1% YoY. Secara bulanan, inflasi umum naik 0.4% dibandingkan bulan sebelumnya 0.04%, sementara inflasi pangan naik 1.0% MoM (dibandingkan kenaikan 0.2% di Januari). Inflasi inti tercatat datar di level 1.7% YoY, 0.1% MoM (dari bulan sebelumnya 0.2% MoM). Hal ini mengindikasikan daya beli masih belum meningkat walaupun belanja negara sudah digencarkan. Kami perkirakan harga beras akan mengalami moderasi seiring datangnya beras impor dan musim panen. Namun dalam jangka pendek, inflasi sepertinya masih akan tinggi, seiring kita memasuki bulan Ramadan dan juga Idul Fitri.

 

 

Indeks PMI manufaktur bulan Februari sedikit turun ke 52.7 dari sebelumnya 52.9. Walaupun begitu, selama 30 bulan berturut-turut aktivitas pabrikan masih menunjukkan pertumbuhan, seiring peningkatan produksi akibat pesanan baru, aktivitas jual beli, dan jumlah tenaga kerja menjelang datangnya bulan Ramadan. Harga bahan baku menunjukkan peningkatan tertinggi sejak November 2022, mengakibatkan kenaikan harga jual. Namun inflasi harga ini masih lebih rendah dibandingkan data historisnya.



PASAR SAHAM

 

Sejumlah data yang muncul memperkuat narasi bahwa The Fed belum akan segera menurunkan suku bunga. Data inflasi dan ketenagakerjaan non pertanian sama-sama menunjukkan angka yang lebih tinggi dibandingkan dengan ekspektasi pasar. Kondisi ini menggeser ekspektasi pasar akan waktu dan besaran penurunan suku bunga FFR. Dari dalam negeri, perhitungan sementara hasil pemilu mengindikasikan pemilu presiden cukup berlangsung satu putaran saja. Hal ini disambut pasar dengan baik karena berkurangnya faktor ketidakpastian. Sempat terjadi euforia setelah hasil hitung cepat, namun pasar kembali normal dan menunggu hasil resmi dan juga kebijakan-kebijakan serta susunan kabinet. IHSG menutup bulan dengan kenaikan 1.5%, namun tetap kalah unggul dibandingkan pasar global (+4.1%), Asia Pasifik non Jepang (+4.3%), dan juga negara-negara berkembang (+4.6%). Rupiah menguat 0.4%, unggul dibandingkan mata uang ASEAN. Terjadi arus masuk dana asing senilai USD645.9 juta. Sektor infrastruktur (+5.0%) menjadi yang paling unggul, sementara sektor teknologi (-10.2%) menjadi yang paling terpuruk.

 

 

Fundamental Indonesia yang kuat (inflasi yang terjaga, pertumbuhan PDB yang stabil, serta rasio utang yang sehat), dan suku bunga acuan The Fed yang sudah mendekati puncak, serta pemulihan China yang tidak sesuai harapan diperkirakan dapat menopang selera investor asing untuk memilih Indonesia. Pasar saham Indonesia diperdagangkan pada valuasi yang atraktif, lebih rendah dari rata-rata 10 tahun terakhir. Kami terus percaya bahwa perekonomian Indonesia akan tetap positif dan juga tetap optimis akan daya tarik investasi jangka panjang Indonesia.

 

 

PASAR OBLIGASI

 

Pasar obligasi tetap berada di teritori positif, indeks BINDO mencatatkan kenaikan +0.57% di Februari (+1.10% tahun berjalan). Kondisi ini terjadi walaupun ada kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah 10 tahun dari 6.57% ke 6.59%. Kenaikan ini sejalan dengan UST 10 tahun yang imbal hasilnya juga naik dari 3.91% ke 4.25%. Data-data makroekonomi Amerika Serikat yang lebih baik dari perkiraan seperti inflasi dan juga data ketenagakerjaan yang tercermin dari turunnya klaim pengangguran, membuat imbal hasil UST 10 tahun melejit bahkan sempat naik sampai 4.32%. Namun data-data ekonomi lainnya yang lemah mampu meredakan kekhawatiran pasar terkait potensi tertundanya penurunan suku bunga di semester kedua 2024.

 

 

Sementara dari pasar domestik, BI mempertahankan suku bunga acuan di level 6.00% seiring inflasi yang terkendali. Sepanjang bulan, permintaan pada lelang obligasi pemerintah cukup menopang pasar walaupun sempat terlihat sedikit penurunan minat. Permintaan pada lelang obligasi konvensional tetap di atas rata-rata tahun berjalan sebesar IDR61.04 Triliun, sebaliknya permintaan pada lelang obligasi syariah tercatat paling lemah sepanjang tahun 2024 di angka IDR17.05 Triliun. Secara umum, permintaan lelang terbesar ada pada tenor-tenor pendek, membawa kurva tenor pendek unggul dibanding tenor lain. Selama periode ini, pemerintah menerbitkan 2 obligasi ritel yaitu ORI025T3 (tenor 3 tahun, kupon 6.25%) serta ORI025T6 (tenor 6 tahun, kupon 6.40%). Walaupun di bawah target IDR25 Triliun, permintaan tetap tinggi di angka IDR23.92 Triliun.

 

 

Investor asing masih membukukan penjualan bersih, kali ini senilai IDR4.76 Triliun, membuat kepemilikan asing turun ke 14.47% dari bulan sebelumnya 14.76%. Bank Indonesia menjadi pembeli terbesar, menambah kepemilikan IDR31.37 Triliun, dengan persentase kepemilikan naik dari 24.06% ke 24.27%. Perbankan komersial tetap melakukan pembelian, menambah kepemilikan IDR15.98 Triliun walaupun persentase kepemilikan sedikit turun ke 22.04%. Investor individu dan lain-lain kali ini menjadi pembeli terbesar kedua, dengan kepemilikan naik ke 17.78% dari sebelumnya 17.53%. Walaupun asuransi dan dana pensiun juga mencatat beli bersih, kepemilikannya turun di 18.32% dari bulan sebelumnya 18.47%. Reksa dana mencatatkan sedikit kenaikan sebesar IDR2.35 Triliun, dengan persentase kepemilikan stabil di 3.12%.

 

 

 

Di bulan Februari kurva imbal hasil bergerak bearish, dengan imbal hasil obligasi tenor pendek 5 tahun turun 2bps, mengungguli tenor-tenor lainnya yang masih cenderung meningkat. Imbal hasil tenor 2 tahun tidak mengalami perubahan, seperti juga tenor panjang 20 tahun dan 30 tahun yang tetap stabil. Di lain pihak, imbal hasil tenor jangka menengah yang naik, dengan tenor 10 tahun naik 2bps dan tenor 15 tahun naik 4bps.

 

 

 

 

Unduh Dokumen



  • IDB: Data earnings yang mengecewakan menekan pasar global

    Investment Daily Bread

    Baca selengkapnya
  • IDB: Pertumbuhan ekonomi AS 2Q-24 lebih baik dari ekspektasi

    Investment Daily Bread

    Baca selengkapnya
  • IDB: Sentimen sektor teknologi mempengaruhi pasar global

    Investment Daily Bread

    Baca selengkapnya
Lihat semua

Waspada modus penipuan mengatasnamakan MAMI. Selengkapnya

View more

Pastikan untuk membeli Reksa Dana Manulife melalui MAMI atau mitra distribusi kami. 

View more

Waspada modus penipuan mengatasnamakan MAMI. Selengkapnya

View more

Pastikan untuk membeli Reksa Dana Manulife melalui MAMI atau mitra distribusi kami. 

View more