Skip to main content
Back

Meredanya Data Inflasi AS Menopang Pasar Finansial Global

15 Agustus, 2022

Pekan lalu

Inflasi bulan Juli yang mereda menjadi 8.5% YoY – lebih rendah dibandingkan perkiraan 8.7%, dan bulan sebelumnya 9.1% – mendorong penguatan lebih lanjut pada bursa saham Amerika Serikat; selama sepekan S&P 500 naik 3.26%, Dow Jones naik 2.92%, dan Nasdaq naik 3.08%. Penurunan harga energi menjadi salah satu faktor utama yang membuat meredanya inflasi AS. Survei dari New York Fed menunjukkan ekspektasi inflasi masyarakat turun ke level 6.2% tahun depan, dan 3.2% dalam tiga tahun ke depan. Producer Price Index bulan Juli yang turun 0.5% MoM menjadi 9.8% YoY, memperkuat argumen bahwa inflasi sudah menuju pembalikan arah. Rilis awal indeks sentimen konsumen University of Michigan menunjukkan penguatan di bulan Agustus ke level 55.1, menjadi level tertinggi dalam tiga bulan. Laporan tersebut merupakan rilis data ekonomi besar pertama setelah berita positif inflasi bulan Juli yang mereda. Imbal hasil UST 10 tahun naik menjadi 2.83% dari penutupan pekan sebelumnya 2.82%.

Penurunan inflasi Amerika Serikat – yang memperkuat sinyal mulai terjadinya pembalikan arah – disambut dengan penguatan pasar saham di Asia, selama sepekan MSCI Asia Pacific naik 1.46%. Di sisi lain inflasi China naik ke level tertinggi dalam dua tahun. Inflasi (Jul) tumbuh 2.7% YoY – lebih tinggi dari bulan sebelumnya 2.5% – didorong kenaikan harga daging babi yang melonjak 20.2%. Setelah inflasi tercatat berada pada level tertinggi dalam 2 tahun,  setidaknya 10 propinsi di China justru menyatakan komitmennya untuk menopang perekonomian agar PDB propinsinya dapat tumbuh di atas 5%. Propinsi Guangdong misalnya, yang perekonomiannya tahun 2021 lalu tertinggi di antara 31 propinsi menyatakan akan berupaya sekuat tenaga untuk menghasilkan pertumbuhan yang baik di kuartal ketiga ini, dan juga mencapai target pertumbuhan ekonomi tahunan.

Sejalan dengan penguatan bursa saham global, pasar saham ,dan obligasi Indonesia turut menguat masing-masing membukukan kenaikan sebesar 0.63%, dan 0.77%.  Melemahnya USD terhadap keranjang mata uang asing membawa Rupiah menguat 1.52% ditutup menjadi 14,668 dari penutupan pekan sebelumnya 14,894 per dolar AS. Imbal hasil obligasi pemerintah IDR tenor 10 tahun turun menjadi 6.98% dari penutupan pekan sebelumnya 7.15%. Data ekonomi yang dirilis adalah indeks keyakinan konsumen Juli yang turun menjadi 123.2 dari 128.2.

 


Pekan ini

Pekan ini pasar akan memperhatikan beberapa rilis data ekonomi penting dari China, dan Indonesia. Dari Indonesia neraca perdagangan bulan Juli diperkirakan membukukan surplus lebih kecil dibandingkan dengan bulan sebelumnya, sementara neraca pembayaran kuartal dua diperkirakan akan membukukan surplus yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan  kuartal sebelumnya.

 

Unduh Dokumen

Lihat semua


Pekan ini

Pekan ini pasar akan memperhatikan beberapa rilis data ekonomi penting dari China, dan Indonesia. Dari Indonesia neraca perdagangan bulan Juli diperkirakan membukukan surplus lebih kecil dibandingkan dengan bulan sebelumnya, sementara neraca pembayaran kuartal dua diperkirakan akan membukukan surplus yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan  kuartal sebelumnya.

 

Unduh Dokumen