Seiring dengan perubahan arah suku bunga dan turunnya tingkat deposito, investor yang sebelumnya merasa nyaman mengunci modal mereka dalam opsi yang minim risiko dengan imbal hasil menarik akan semakin sulit mengulangi strategi tersebut. Dengan volatilitas pasar yang diperkirakan meningkat di seluruh pasar suku bunga global, kredit, dan mata uang, kami menjelaskan mengapa sub-kelas aset pendapatan tetap Asia jadi pilihan aset defensif dengan peluang, yang memainkan peran yang lebih signifikan dalam portofolio investor tahun ini.
Saatnya diversifikasi
Sebuah fase baru dalam siklus telah dimulai sejak pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve (The Fed) Amerika Serikat yang telah lama dinantikan di bulan September 2024 lalu, yang mendorong obligasi Asia kembali diminati. Investor yang sebelumnya merasa nyaman mengunci modal mereka dalam deposito dengan imbal hasil menarik kini menghadapi risiko seiring penurunan suku bunga. Dalam kurun waktu enam bulan, suku bunga deposito dolar AS tenor 3 bulan¹ telah turun sekitar 100 basis poin (bps), dari sekitar 5,5% menjadi 4,5%, dan rata-rata imbal hasil deposito setelah memperhitungkan reinvestasi menjadi kurang kompetitif dibandingkan dengan opsi pendapatan tetap lainnya di pasar.
Setelah terbiasa dengan kondisi suku bunga deposito yang tinggi selama dua setengah tahun terakhir, banyak investor secara alami enggan mengambil risiko berlebih, karena mereka telah menikmati imbal hasil menarik dengan risiko pasar yang relatif rendah. Perilaku ini terlihat menjelang pemangkasan suku bunga pertama oleh The Fed pada tahun 2024, di mana aliran data² menunjukkan lonjakan permintaan terhadap aset berkualitas tinggi yang menawarkan imbal hasil layak, seperti US Investment Grade Bonds. Seiring bank sentral global terus memangkas suku bunga secara bertahap dan ketidakpastian makroekonomi tetap ada, kami meyakini bahwa diversifikasi lebih lanjut dalam portofolio investasi mungkin diperlukan untuk mencapai tujuan imbal hasil jangka panjang.
Perhatikan risiko, bukan hanya imbal hasilnya
Bagi investor, imbal hasil yang sesuai dengan risiko harus menjadi fokus utama di tahun 2025 ketimbang hanya fokus pada total imbal hasil maksimal. Kami memperkirakan akan terjadi peningkatan volatilitas pasar di seluruh suku bunga global, kredit, dan mata uang, mengingat sikap yang lebih agresif terhadap perdagangan dan tarif dari pemerintahan baru Amerika Serikat. Hal ini dapat menciptakan situasi dengan potensi risiko penurunan terhadap pertumbuhan global dan munculnya kembali inflasi.
Oleh karena itu, kami meyakini bahwa obligasi Asia akan memainkan peran yang lebih signifikan dalam portofolio investor tahun ini. Obligasi Asia, baik yang berkualitas investment grade maupun obligasi korporasi bunga tinggi (high yield), menawarkan imbal hasil berjalan dan total yield yang menarik dibandingkan dengan obligasi pasar global lainnya, yang dapat berfungsi sebagai penyangga untuk melindungi imbal hasil investor dari risiko pasar yang merugikan dan penurunan suku bunga. Investor yang cenderung menghindari risiko dan sudah miliki aset berkualitas tinggi, serta yang mencari imbal hasil di tengah arus pemangkasan suku bunga, alaminya akan mempertimbangkan memperpanjang jatuh tempo aset mereka atau melakukan diversifikasi ke aset dengan potensi imbal hasil lebih dengan tingkat risiko paling rendah dalam portofolio investasi mereka.
Obligasi Asia menawarkan imbal hasil yang menarik dengan durasi yang lebih pendek dibandingkan dengan obligasi global
Source: Manulife Investment Management , JP Morgan Asia Credit Non-Investment Grade Index, Bloomberg US Corporate High Yield Index and Bloomberg Pan European High Yield Index, as of 31 December 2024.
Obligasi Asia di 2025: aset defensif dengan peluang
Obligasi Asia secara historis mampu memberikan manfaat yang berbeda bagi portofolio investor: Obligasi korporasi (High yield) menawarkan pendapatan menarik dengan sensitivitas relatif rendah rendah terhadap suku bunga; obligasi investment grade memberikan imbal hasil dengan tingkat risiko yang menarik, serta volatilitas kinerja yang relatif lebih rendah; dan obligasi dalam mata uang lokal menyediakan sumber imbal hasil yang terdiversifikasi dengan korelasi yang relatif lebih rendah terhadap kelas aset utama lainnya.
Keuntungan dari masing-masing obligasi Asia
Source: Manulife Investment Management, 2025.
Kami meyakini bahwa investor sebaiknya mempertimbangkan alokasi ke aset obligasi Asia di tengah potensi volatilitas pasar yang mungkin terjadi tahun depan. Tiga tema utama yang kami soroti di pertengahan tahun 2024 tetap relevan dan mendukung proposisi nilai dari masing-masing sub-kelas aset. Secara khusus:
Obligasi korporasi Asia: potensi pendapatan stabil dan imbal hasil yang relatif lebih menarik
Obligasi korporasi Asia mencatat tahun yang luar biasa dengan total return 15,2% pada tahun 2024, menjadikannya salah satu sub-kelas pendapatan tetap dengan kinerja terbaik secara global. Di tahun 2025, kami menilai fokus sebaiknya bergeser dari sekadar mengejar total imbal hasil, mengingat perubahan yang terjadi di pasar. Namun, kami tetap meyakini bahwa aset obligasi korporasi Asia merupakan sub-kelas yang menarik, terutama setelah kinerja yang menantang antara tahun 2020 hingga 2023. Periode tersebut telah menghasilkan penyesuaian valuasi yang signifikan dan perubahan struktural yang mendorong peluang investasi yang tersedia di pasar saat ini.
Selisih imbal hasil obligasi korporasi Asia dan Amerika Serikat
Source: Manulife Investment Management, Bloomberg and JP Morgan indices. as of 31 December 2024.Indices used: JPMorgan Asian investment grade index, JPMorgan Asian non-investment grade index, JPMorgan Asian non-investment grade corporate index, and Bloomberg US Corporate High Yield Index. Past performance is not indicative of future results.
Dengan obligasi korporasi Asia yang kini menjadi lebih terdiversifikasi dan tangguh, serta obligasi dari perusahaan properti di China dengan bunga tinggi yang saat ini hanya menjadi bagian kecil dari pasar, kami meyakini bahwa proposisi pendapatan stabil telah pulih sejak akhir 2023. Penyangga pendapatan ini dapat berfungsi sebagai mekanisme pertahanan yang baik bagi portofolio investasi ketika menghadapi potensi volatilitas pasar
Obligasi korporasi Asia juga menonjol dari instrumen sejenis, menawarkan salah satu imbal hasil total tertinggi di antara semua aset obligasi, dengan selisih sebesar 279 basis poin (bps) dibandingkan aset-aset sejenis di AS/458 bps dibandingkan Eropa (pada credit rating yang serupa) dan dengan duration/spread duration yang lebih rendah membantu mengurangi dampak volatilitas suku bunga/spread. Meskipun investor dalam beberapa tahun terakhir lebih memilih aset berkualitas tinggi karena tingkat suku bunga dasar yang tinggi, kami melihat nilai yang lebih menarik pada segmen obligasi korporasi Asia dibandingkan obligasi investment grade, mengingat fundamental yang membaik dan valuasi yang menarik baik dari sudut pandang saat ini maupun historis. Kami bersikap selektif terhadap obligasi korporasi Asia dan meyakini bahwa imbal hasil akan lebih banyak berasal dari peluang bersifat khusus.
Berbicara obligasi korporasi Asia, ada dua area spesifik yang ingin kami garis bawahi dalam beberapa waktu ke depan yang berpotensi memberi nilai tambah baik dari sisi imbal hasil atau risiko: China dan pasar negara berkembang.
China: Seperti ulasan kami terkait pasca pemilu AS, pembuat kebijakan China secara proaktif meluncurkan serangkaian kebijakan pro-growth selama kuartal keempat 2024, seperti pemangkasan beberapa suku bunga utama, peluncuran program pertukaran utang senilai 10 triliun yuan untuk meringankan tekanan pembiayaan pemerintah daerah, serta dukungan keuangan untuk sektor properti. Selain itu, pertemuan Two Sessions pada Maret 2025 akan menjadi katalis yang diawasi ketat, di mana otoritas diperkirakan akan memberikan kejelasan lebih lanjut mengenai target pertumbuhan ekonomi dan proyeksi anggaran fiskal untuk tahun tersebut.
Kami meyakini bahwa pemerintah telah menunjukkan komitmen untuk mendukung perekonomian melalui langkah-langkah terbaru ini, dan bahwa mengatasi deflasi kini menjadi prioritas yang mendukung pertumbuhan di China dan kawasan Asia secara lebih luas. Kebijakan ini juga dapat menciptakan peluang pada obligasi korporasi China tertentu dari perspektif apresiasi modal, terutama pada nama-nama yang sedang mengalami tekanan, situasi ini berpotensi memberikan imbal hasil menyamai saham.
Frontier markets: Pasar seperti Sri Lanka dan Pakistan menunjukkan kinerja yang baik pada tahun 2024 berkat dukungan program dari IMF, kemajuan dalam restrukturisasi utang, dan normalisasi valuasi yang tertekan. Kami terus melihat peluang bernilai tambah yang menarik di frontier markets untuk tahun 2025, namun tetap harus waspada terhadap risiko yang ada, mengingat situasi ekonomi dan politik mereka yang masih rapuh.
Obligasi investment grade Asia: pilihan untuk historis volatilitas yang rendah dan rasio risiko/imbal hasil yang menarik
Segmen obligasi investment grade Asia layak mendapatkan perhatian lebih pada tahun 2024 lalu. Kelas aset ini mencatat kinerja yang relatif kuat dengan total imbal hasil sebesar 4,2% sepanjang tahun, melampaui kinerja aset obligasi lainnya di pasar global. Sebagai salah satu kelas aset dengan volatilitas terendah, obligasi investment grade Asia terus memberikan imbal hasil yang stabil dan kompetitif secara keseluruhan, dengan durasi rata-rata sekitar dua tahun lebih pendek dibandingkan obligasi investment grade global (sehingga lebih tidak terlalu sensitif terhadap pergerakan suku bunga). Dari perspektif risk/reward, sharpe ratio dari oligasi investment grade Asia juga menonjol dibandingkan sebagian besar aset obligasi utama lainnya, bahkan dibandingkan dengan kelas aset lain seperti saham Asia-Pasifik.
Source: Manulife Investment Management, Bloomberg as of 31 December 2024.
Fundamental yang membaik dari aset obligasi investment grade Asia juga mendukung tesis tentang imbal hasil yang stabil. Risiko kredit, baik dari sisi net leverage maupun rasio pembayaran utang³, telah mengalami peningkatan dalam beberapa tahun terakhir. Jumlah peningkatan peringkat kredit juga melampaui jumlah penurunan peringkat, yang memperkuat karakteristik berkualitas tinggi dari kelas aset ini. Selain itu, terkait latar belakang pemerintah dari beberapa obligasi investment grade Asia tertentu juga membantu menopang profil kredit yang stabil. Dalam dua tahun terakhir, perbaikan ini secara konsisten tercermin dalam valuasi kelas aset, di mana kredit spread terus menyempit menuju level terendah sejak sebelum Krisis Keuangan Global 2008. Dengan kata lain, investor bersedia membayar lebih untuk aset berkualitas tinggi yang menawarkan imbal hasil yang lebih stabil.
Obligasi dalam mata uang lokal Asia: raih pendorong pertumbuhan dan diversifikasi sumber imbal hasil
Obligasi dalam mata uang lokal Asia akan terus memberikan keuntungan diversifikasi dan peluang imbal hasil bagi investor di tahun 2025 dalam berbagai kondisi pasar, mengingat keragaman ekonomi dan siklus ekonomi yang berbeda di negara-negara kawasan ini. Sebagai contoh, China berada dalam siklus moneter yang berbeda dibandingkan Amerika Serikat dan negara-negara maju lainnya. Sebaliknya, pasar seperti Singapura dan Korea Selatan—meskipun mengikuti siklus moneter AS—memiliki pasar suku bunga lokal yang relatif kurang volatil. Selain itu, perbedaan suku bunga antar negara di kawasan akan terus menawarkan peluang bagi pasar obligasi mata uang lokal.
Suku bunga: pentingnya pendekatan yang lincah dan taktis Beberapa bank sentral di kawasan, termasuk Indonesia, Filipina, Korea Selatan, dan Thailand, telah memulai siklus pemangkasan suku bunga mereka pada tahun 2024 dan berada dalam posisi yang baik untuk melanjutkan pelonggaran kebijakan, mengingat situasi inflasi yang relatif jinak. Namun, kecepatan dan besarnya pemangkasan suku bunga oleh The Fed dapat membatasi ruang pelonggaran di kawasan ini, karena bank sentral ingin menjaga stabilitas nilai tukar; oleh karena itu, pendekatan taktis dalam pengelolaan suku bunga sangat diperlukan untuk tahun 2025.
Meskipun ada tantangan tersebut, kenaikan imbal hasil setelah pemilu AS juga membantu meningkatkan daya tarik imbal hasil obligasi lokal Asia saat kita memasuki tahun baru dan kami melihat peluang menarik di pasar-pasar dengan imbal hasil tinggi, yang menawarkan return berjalan yang layak dibandingkan dengan obligasi global lainnya.
Imbal hasil nominal dan riil
Source: Manulife Investment Management, Bloomberg as of 31 December 2024.
Nilai tukar — waspadai volatilitas di tengah kuatnya Dolar AS. Menurut pandangan kami, kekuatan dolar AS kemungkinan akan berlanjut pada tahun 2025, mengingat potensi dampak dari kebijakan tarif perdagangan pemerintahan baru AS dan kemungkinan meningkatnya ketegangan perdagangan, yang dapat menimbulkan ketidakpastian lebih besar terhadap pertumbuhan ekonomi kawasan dan volatilitas pergerakan mata uang lokal terhadap dolar AS.
Spolight: Obligasi mata uang lokal India
India merupakan pasar dengan peluang menarik baik dari sisi suku bunga maupun mata uang. Prospek pertumbuhan yang kuat, imbal hasil yang menarik, dan dukungan teknikal dari index inclusion jadi latar belakang yang sehat untuk menghasilkan imbal hasil yang relatif stabil bagi investor. Pandangan positif kami terhadap India didasarkan pada:
Kesimpulan
Kami meyakini bahwa tahun 2025 akan menjadi tahun di mana obligasi Asia memberikan nilai tambah yang lebih besar bagi portofolio investasi, melalui kombinasi antara peningkatan imbal hasil dibandingkan deposito setelah pemangkasan suku bunga baru-baru ini, serta downside protection, mengingat ketidakpastian kebijakan dari pemerintahan baru Amerika Serikat.
Investasi seperti aset yang disekuritisasi yang telah menawarkan pendapatan menarik bagi investor dalam beberapa tahun terakhir, mungkin akan menghadapi tantangan dan risiko penurunan jika pertumbuhan ekonomi memburuk akibat kebijakan tarif dan perdagangan yang agresif. Hal ini dapat memengaruhi kemampuan konsumen dalam membayar kembali pinjaman seperti hipotek, kredit mobil, dan kartu kredit.
Selain itu, dengan peningkatan terminal rate di sekitar 4% dan tabungan dari masa pandemi yang telah habis⁴, tanda-tanda pelemahan konsumsi—yang menyumbang sekitar 70% dari PDB AS—dapat menjadi risiko penurunan terhadap pertumbuhan ekonomi AS.
Di Tahun Ular, sesuai dengan namanya, pendekatan yang lebih aktif, lincah, dan fleksibel terhadap pengelolaan portofolio akan sangat diperlukan.
1 Bloomberg Ticker: USDRC Curncy. 2 JPM EM weekly flows report. 3 JPM 2025 Asia Credit Outlook. 4 Pandemic Savings Are Gone: What’s Next for U.S. Consumers? - San Francisco Fed.
IDB: AS kembali perpanjang negosiasi dengan China selama 90 hari
Investment Daily Bread
IWH: Pertumbuhan ekonomi domestik ungguli ekspektasi
Investment Weekly Highlights
Monthly Market Review Juli 2025
Monthly Market Review