Skip to main content
Back

Seeking Alpha Januari 2024: Iklim konstruktif bagi obligasi di 2024

16 Januari, 2024

Bulan ini kami mengetengahkan komentar pasar terkini dari Senior Portfolio Manager, Fixed Income PT Manulife Aset Manajemen Indonesia, Syuhada Arief

 

Sentimen pasar global beralih positif di akhir tahun 2023 yang mendorong kinerja berbagai kelas aset termasuk obligasi. Apa yang mendorong perubahan sentimen pasar?

 

Sentimen pasar menjadi positif di Desember didukung oleh menguatnya ekspektasi bahwa The Fed dapat mulai memangkas suku bunga di 2024. Di rapat FOMC Desember, The Fed mengindikasikan Fed Funds Rate (FFR) dapat turun 75bps di 2024, lebih banyak dari proyeksi sebelumnya sebesar 50bps yang memperkuat harapan pemangkasan suku bunga akan terjadi di 2024. Selain itu sentimen pasar juga didukung oleh optimisme soft landing (inflasi melandai tanpa menyebabkan resesi) dapat terjadi di AS terutama setelah beberapa data ekonomi AS seperti inflasi dan tenaga kerja yang melunak. Ekonomi AS saat ini dipandang dalam kondisi yang ideal, tidak terlalu kuat yang mendorong inflasi, namun tidak terlalu lemah yang memicu resesi.

 

Terdapat perbedaan pandangan besaran pemangkasan FFR antara pasar dengan The Fed. Bagaimana pandangan Anda terkait potensi pemangkasan FFR?

 

Konsensus pasar memiliki pandangan yang optimis bahwa FFR dapat turun 130-150bps di 2024, lebih agresif dari proyeksi The Fed di 75bps. Kondisi ini dapat menyebabkan volatilitas jangka pendek di pasar apabila realita tidak sesuai dengan harapan pasar. Kita lihat kondisi ini terjadi di 2023 di mana terdapat kekecewaan pasar karena ekspektasi pasar sudah lebih dulu optimis akan adanya pemangkasan FFR, sementara realitanya suku bunga terus naik di 2023.


Saat ini pandangan The Fed masih fokus pada risiko inflasi sehingga perubahan suku bunga sepertinya akan dilakukan secara hati-hati. Terlebih apabila skenario soft landing terjadi di AS maka bisa saja The Fed tidak perlu buru-buru memangkas suku bunga. Terdapat istilah “don’t fight The Fed” yang berarti investor harus berhati-hati mengambil posisi yang berlawanan dengan pandangan The Fed. Oleh karena itu kami cenderung lebih konservatif untuk asumsi pemangkasan FFR. Semester kedua 2024 dipandang sebagai periode yang lebih aman untuk berasumsi The Fed bisa mulai memangkas FFR setelah terdapat kejelasan kondisi inflasi AS.

 

Apakah Bank Indonesia dapat menurunkan suku bunga di 2024?

 

Bank Indonesia (BI) diperkirakan masih akan berhati-hati karena fokusnya saat ini adalah untuk menjaga stabilitas Rupiah. Selisih antara Fed Funds Rate dan suku Bunga BI yang masih cenderung sempit memberikan tantangan pada nilai tukar Rupiah. Oleh karena itu kami melihat BI cenderung mempertahankan suku bunga sampai terdapat sinyal yang lebih jelas dari The Fed mengenai pelonggaran kebijakan moneter. Peluang beralihnya kebijakan moneter The Fed yang lebih akomodatif pada semester dua 2024 dapat membuka ruang moneter yang lebih leluasa bagi BI. Kami memperkirakan BI dapat menurunkan suku bunga ke kisaran 5.25 – 5.75% tahun ini.

 

Di tengah kondisi yang fluktuatif, pasar obligasi berhasil mencatat kinerja positif di 2023. Bagaimana outlook pasar obligasi 2024?

 

Kami melihat 2024 sebagai tahun yang konstruktif bagi pasar obligasi. Kondisi makroekonomi diperkirakan suportif dengan inflasi terjaga dan potensi pemangkasan suku bunga dapat menjadi katalis bagi pasar. Tingkat imbal hasil SBN 10-tahun juga masih di kisaran 6.7% yang menjadi entry point menarik bagi investor. Permintaan pasar terhadap obligasi diperkirakan tetap kuat di 2024 ditopang oleh permintaan dari investor domestik seperti investor institusi keuangan non-bank karena adanya kebutuhan reinvestasi serta pemenuhan kewajiban investasi pada SBN. Permintaan investor asing juga dapat membaik seiring dengan peralihan ke kebijakan suku bunga global yang lebih akomodatif. Kami memperkirakan imbal hasil SBN 10-tahun dapat turun ke kisaran 6.00 – 6.25% tahun ini. 

 

Faktor risiko apa yang perlu dicermati dan diantisipasi dari pasar obligasi pada 2024?

 

Walaupun kami percaya 2024 ini akan menjadi tahun yang positif untuk pasar obligasi, namun ada beberapa faktor risiko yang harus dicermati dan diantisipasi. Pertama adalah risiko dari tekanan penerbitan obligasi pemerintah terutama pada paruh pertama 2024 dimana ini menjadi strategi dari DJPPR Kementerian Keuangan untuk melalukan lelang lebih banyak pada paruh pertama (front-loading issuance policy). Risiko selanjutnya adalah melebarnya selisih yield antara Surat Utang Negara Indonesia dibandingkan dengan yield US Treasury yang membuat pasar Indonesia menjadi kurang menarik. Kondisi ini dapat terjadi apabila pendapatan ekspor Indonesia turun akibat melemahnya harga komoditas global. Yang ketiga adalah risiko perbedaan ekspektasi pemangkasan FFR. Dan risiko terakhir yang harus selalu diperhatikan adalah risiko ketidakpastian geopolitik.

 

Mendekati pemilu di Februari, apakah ada dampak kondisi pemilu terhadap pasar obligasi?

 

Kinerja pasar obligasi lebih didorong oleh faktor fundamental makroekonomi seperti arah inflasi, kebijakan suku bunga, nilai tukar, dan fiskal negara. Dengan asumsi pemilu berjalan kondusif maka kami melihat kondisi pemilu relatif tidak berdampak bagi pasar obligasi. Secara historis pada periode pemilu sebelumnya di tahun 2004, 2009, 2014, dan 2019 pasar obligasi mencatat kinerja positif di 6 bulan sebelum pemilu dan 6 bulan setelah pemilu.

 

Bagaimana strategi pengelolaan portofolio untuk menghasilkan alpha di 2024?

 

Kami memandang 2024 sebagai tahun yang potensial bagi pasar obligasi didukung adanya potensi pemangkasan suku bunga. Namun volatilitas jangka pendek akibat faktor risiko yang disebutkan di atas diperkirakan dapat membayangi pasar. Oleh karena itu, kami selalu mengelola portofolio secara aktif, bergerak dinamis antara defensif dan agresif untuk membentuk portofolio yang optimal. Strategi portofolio akan disesuaikan berdasarkan tinjauan makroekonomi terkini serta fokus pada manajemen durasi, kas dan pemilihan efek untuk membentuk portofolio yang dapat bergerak dengan lincah.

 

Unduh Dokumen

  • IDB: Data earnings yang mengecewakan menekan pasar global

    Investment Daily Bread

    Baca selengkapnya
  • IDB: Pertumbuhan ekonomi AS 2Q-24 lebih baik dari ekspektasi

    Investment Daily Bread

    Baca selengkapnya
  • IDB: Sentimen sektor teknologi mempengaruhi pasar global

    Investment Daily Bread

    Baca selengkapnya
Lihat semua

Waspada modus penipuan mengatasnamakan MAMI. Selengkapnya

View more

Pastikan untuk membeli Reksa Dana Manulife melalui MAMI atau mitra distribusi kami. 

View more

Waspada modus penipuan mengatasnamakan MAMI. Selengkapnya

View more

Pastikan untuk membeli Reksa Dana Manulife melalui MAMI atau mitra distribusi kami. 

View more