Bank Indonesia menahan suku bunga di 5.75%

17 Februari, 2023

Global – Pasar saham Amerika Serikat turun cukup signifikan setelah rilis data indeks harga produsen dan ketenagakerjaan hasilnya melebihi ekspektasi, menunjukkan ketahanan daya beli masyarakat dan ketahanan ekonomi. Di lain pihak, kondisi ini dapat pula dilihat dari sudut pandang potensi inflasi yang akan sulit turun, sehingga pengetatan moneter pun masih harus terus berlanjut lebih lama dan lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya. DJIA turun 1.26%, S&P 500 turun 1.38%, dan Nasdaq turun 1.78%. Producer Price Index bulan Januari naik 0.7% - kenaikan bulanan tertinggi sejak Juni 2022 - dan membawa kenaikan tahunan sebesar 6%. Data lainnya, new unemployment claim minggu lalu turun ke level 194 ribu, sementara continuing claims walaupun minggu lalu ada kenaikan, angka total penerimanya masih tetap lebih rendah dibandingkan dengan level pra-pandemi. 

Asia – Pasar Asia bergerak beragam mayoritas menguat mencerna data penjualan ritel Amerika Serikat yang melebihi ekspektasi yang diumumkan sehari sebelumnya. Penjualan ritel yang baik menunjukkan resiliensi ekonomi dan meminimalisir potensi resesi, namun di saat yang sama juga menghambat upaya penurunan inflasi. Pasar juga menunggu data ekonomi Amerika Serikat yang diumumkan kemarin malam setelah pasar Asia tutup. Secara keseluruhan MSCI Asia Pacific menguat 0.70%. 

Indonesia – Setelah kenaikan setiap bulan sejak Agustus 2022 – Januari 2023, di bulan Februari ini Bank Indonesia mempertahankan suku bunga acuan, tetap di level 5.75%. Penurunan inflasi - baik umum maupun inti - yang lebih cepat dari perkiraan membuat tingkat suku bunga saat ini dirasa cukup memadai untuk terus memastikan penurunan inflasi ke level target. Di saat yang sama, tingkat suku bunga sekarang diharapkan mampu memberi dorongan pada aktivitas ekonomi, serta menjaga dan mempertahankan daya tarik nilai tukar Rupiah di tengah potensi kenaikan Fed Funds Rate yang masih berlangsung. Rupiah ditutup menguat 0.31% dan imbal hasil obligasi pemerintah 10 tahun menguat ke level 6.69%, sementara IHSG melemah 0.27% ke level 6895.66, dengan penopang utama sektor consumer discretionary dan pemberat adalah sektor utilitas.