6 Oktober 2023
Belum lama ini, pertimbangan lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG) hanya sekadar ideologi yang kerap diasosiasikan secara keliru oleh banyak investor dengan mengorbankan imbal hasil. Namun kini, pertimbangan ini telah terintegrasi secara luas di berbagai proses pengelolaan aset oleh manajer investasi, dan kami percaya bahwa pertimbangan ini dapat menyelamatkan bumi kita sekaligus menyelaraskannya dengan tujuan finansial dan keberlanjutan para investor.
Pertumbuhan aset ESG dan jumlah pihak serta pemangku kepentingan yang terlibat bertumbuh sangat pesat dalam enam tahun terakhir1, namun banyak orang mudah sekali terkecoh dengan istilah-istilah yang begitu kompleks. Mengetahui apa istilah dan siapa pihak yang terlibat dalam dunia ESG adalah kuncinya. Itu sebabnya bagi investor yang berfokus pada ESG, berikut kami ulas berbagai definisi yang perlu Anda ketahui.
Tujuan penyaringan negatif dan positif adalah membantu membangun portofolio dengan mengecualikan atau mencari investasi yang memenuhi serangkaian kriteria tertentu-misalnya, persentase minimum anggota independen yang duduk di dewan direksi, atau emisi gas rumah kaca (GRK) maksimum. Dengan kata lain, penyaringan ini membantu investor menaruh uang mereka untuk memberikan dampak di tempat yang mereka inginkan.
Penyaringan negatif berarti mengecualikan seluruh sektor, industri, atau wilayah yang memiliki penilaian buruk dari sudut pandang ESG. Hal ini sering kali berarti mengecualikan industri tertentu seperti tembakau, senjata, dan alkohol. Penyaringan negatif juga dapat dilakukan di tingkat perusahaan, dengan mengecualikan perusahaan tertentu yang memiliki skor di bawah tingkat tertentu dalam hal ESG.
Sebaliknya, penyaringan positif adalah proses membandingkan perusahaan-perusahaan dalam sektor tertentu dan menargetkan bisnis dengan standar ESG yang lebih unggul dibandingkan dengan rekan-rekan industri mereka. Penyaringan positif juga dapat berarti memasukkan perusahaan-perusahaan dari sektor yang tidak ramah ESG, tetapi hanya perusahaan dengan kinerja terbaik (misalnya, perusahaan minyak dengan jejak karbon terendah di antara para produsen minyak), atau perusahaan dengan potensi untuk meningkatkan secara signifikan dan berkontribusi pada masa depan yang lebih sehat.
Investor hanya dapat menilai dengan baik perusahaan mana yang mereka inginkan dalam portofolio ESG mereka ketika mereka memiliki akses ke data yang tepat. SASB adalah organisasi nirlaba yang bertujuan memandu perusahaan-perusahaan publik dalam pelaporan keberlanjutan mereka dengan mengidentifikasi isu-isu ESG utama yang paling relevan dengan kinerja keuangan di sektor masing-masing. Mengawasi 77 industri sejauh ini, SASB mengembangkan standar akuntansi keberlanjutan sektoral yang pada akhirnya membantu investor membandingkan perusahaan-perusahaan dari sudut pandang ESG dan membuat keputusan dengan informasi yang lebih baik.
Istilah net zero, atau nol bersih berarti jumlah emisi gas rumah kaca yang dihasilkan oleh suatu wilayah atau perusahaan diimbangi dengan jumlah gas rumah kaca yang mereka hilangkan dari atmosfer. Mayoritas negara-termasuk negara penghasil polusi terbesar, China dan Amerika Serikat telah berjanji untuk mencapai nol bersih dalam beberapa dekade mendatang. Mencapai titik nol secara luas dipandang sebagai kunci untuk memerangi perubahan iklim.
Scope atau cakupan 1, 2, dan 3 adalah kategori untuk emisi gas rumah kaca suatu bisnis atau organisasi. Scope 1 mengacu pada emisi GRK langsung dari sumber yang dimiliki perusahaan (misalnya, pembakaran bahan bakar pada kendaraan dan pabrik, dan emisi fugitif). Scope 2 mencakup emisi tidak langsung yang terkait dengan pembelian listrik, uap, panas, dan pendingin yang dibutuhkan perusahaan untuk beroperasi. Dua metode pelaporan emisi Scope 2 adalah metode berbasis pasar, yang didasarkan pada listrik yang dibeli perusahaan dan penggunaan tarif energi hijau seperti Sertifikat Energi Terbarukan, dan metode berbasis lokasi, yang mengukur seberapa banyak emisi yang secara fisik dibuang ke udara berdasarkan intensitas emisi rata-rata perusahaan dari jaringan listriknya. Scope 3 mencakup semua emisi tidak langsung yang terkait dengan operasi perusahaan yang tidak termasuk dalam Scope 2. Ada emisi Scope 3 di sektor hulu yang berasal dari produksi produk atau jasa perusahaan, sedangkan emisi di sektor hilir berasal dari distribusi, penggunaan, pemeliharaan, dan pembuangan. Mulai dari perjalanan bisnis karyawan dan transportasi pulang pergi hingga pengelolaan limbah, Scope 3 adalah yang paling sulit untuk dinilai, namun dalam banyak kasus, ini merupakan dampak terbesar dari efek gas rumah kaca.
Contoh emisi Scope 1, 2, dan 3
Sumber: Manulife Investment Management. Hanya untuk tujuan ilustrasi.
Bagi perusahaan investasi, stewardship adalah pengelolaan aset klien secara hati-hati dan bertanggung jawab. Kami percaya bahwa stewardship di seluruh pasar termasuk mendorong pengembangan regulasi yang kuat, membangun standar keberlanjutan global, berkolaborasi dengan mitra kerja untuk mengatasi masalah sistemik, meningkatkan data terkait lingkungan, dan membangun literasi keberlanjutan.2
Didukung oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa dan didirikan pada tahun 2006, PRI atau Prinsip-Prinsip Investasi yang Bertanggung Jawab adalah daftar enam prinsip yang berfokus pada ESG yang telah disepakati oleh para pihak yang telah menandatanganinya. Berperan besar dalam mempromosikan praktik investasi yang bertanggung jawab, lebih dari 5.370 penandatangan PRI3 (dengan total dana kelolaan lebih dari US$121 triliun)4 mengakui bahwa "masalah lingkungan, sosial, dan tata kelola perusahaan (ESG) dapat memengaruhi kinerja portofolio investasi," dan bahwa "penerapan prinsip-prinsip ini dapat menyelaraskan investor dengan tujuan kemasyarakatan yang lebih luas. "5
Paris Agreement atau Perjanjian Paris adalah perjanjian internasional tentang perubahan iklim yang diadopsi oleh 196 negara pada Conference of the Parties (COP) 21 atau Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa di Paris pada bulan Desember 2015. Mulai berlaku pada tanggal 4 November 2016, tujuannya adalah untuk membatasi pemanasan global hingga 2 derajat Celcius dan menargetkan 1,5 derajat Celcius (dibandingkan dengan tingkat pra-industri). Perjanjian ini mencakup komitmen negara-negara untuk mengurangi emisi gas rumah kaca secara substansial. Komitmen dan rencana ditinjau setiap lima tahun sekali dalam COP 21 yang merupakan pertemuan iklim global tahunan. Siklus lima tahunan ini, yang dimulai pada tahun 2015 dengan COP 21, adalah alasan mengapa COP 26 menarik perhatian yang signifikan pada tahun 2021, dan kemungkinan besar, begitu pula COP 31, COP 36 dan seterusnya.
Ketujuh belas poin Sustainable Development Goals atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan menjangkau lebih dari sekadar aksi iklim untuk mencapai masa depan yang lebih berkelanjutan pada tahun 2030. Diadopsi dengan dukungan suara yang bulat oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tahun 2015, SDGs memandu para pembuat kebijakan dan institusi dalam mengakhiri kemiskinan dan kelaparan, meningkatkan kesehatan dan pendidikan, memacu pertumbuhan ekonomi, serta memerangi perubahan iklim dan melindungi lingkungan. Ketujh belas poin SDGs juga terintegrasi-yaitu, sebuah tindakan di satu bidang dapat berdampak pada bidang lainnya. Sebagai contoh, akses yang lebih besar terhadap pendidikan tinggi (tujuan #4) dapat mengurangi kemiskinan (tujuan #1) dan ketidaksetaraan (tujuan #10).
Kepemilikan aktif mengacu pada penggunaan posisi kuasa sebagai pemegang saham untuk memengaruhi keputusan perusahaan pengelola aset dengan cara melibatkan diri dengan tim manajemen dan menggunakan hak suaranya. Keterlibatan berarti berdialog dengan perusahaan dan menyarankan solusi untuk masalah terkait ESG untuk mendorong nilai jangka panjang dan berkelanjutan. Sementara itu, pemberian suara melalui perwakilan (proxy voting) memungkinkan investor untuk secara jelas menyatakan posisi mereka dan mempengaruhi keputusan-keputusan penting. Namun, kepemilikan aktif membutuhkan ketekunan dan analisis dari investor sehingga mereka dapat melakukan percakapan yang konstruktif dan secara positif mempengaruhi bisnis.
Kepemilikan aktif membutuhkan analisis ESG
Sumber: Manulife Investment Management. Hanya untuk tujuan ilustrasi.
"G" dalam ESG, tujuan utama dari governance atau tata kelola perusahaan adalah memastikan perusahaan bergerak demi kepentingan terbaik para pemangku kepentingannya (misalnya, pemegang saham, karyawan, pelanggan, supplier, dan kreditur). Tata kelola perusahaan yang kuat mencakup elemen-elemen seperti dewan direksi yang terdiversifikasi, komite audit independen, dan praktik penggajian yang adil.
Sebuah perusahaan dianggap melakukan greenwashing apabila perusahaan tersebut membuat klaim yang salah atau menyesatkan tentang seberapa ramah lingkungan tindakan atau produknya. Dalam konteks investasi, greenwashing dapat berupa nama instrumen investasi, reksa dana misalnya yang menyesatkan atau pemasaran yang tidak mencerminkan tujuan investasi yang sebenarnya. Dengan meningkatnya jumlah reksa dana dan produk terkait ESG dan keberlanjutan, greenwashing merupakan risiko yang harus diwaspadai investor, lebih dari sebelumnya.
Obligasi berkelanjutan adalah obligasi yang hasilnya digunakan untuk mendanai kombinasi proyek-proyek sosial dan ramah lingkungan. Obligasi ini menawarkan berbagai kategori proyek potensial yang lebih luas dan memenuhi syarat untuk obligasi berkelanjutan, yang biasanya mencakup proyek-proyek yang termasuk dalam kategori obligasi hijau dan obligasi sosial.6
Obligasi hijau adalah surat utang yang diterbitkan oleh perusahaan, pemerintah, dan lembaga multinasional yang secara khusus membiayai proyek-proyek iklim atau lingkungan. Obligasi hijau pertama kali diterbitkan pada tahun 2007 dan pasar obligasi hijau telah berkembang pesat sejak saat itu, dengan lebih dari $487 miliar penerbitan pada tahun 2022.7 Ada juga obligasi biru untuk mendanai proyek-proyek yang berkaitan dengan perlindungan dan konservasi ekosistem laut, dan bagian yang relatif baru yang disebut sebagai obligasi oranye, yang berfokus pada pendanaan kesetaraan gender dan peningkatan standar hidup perempuan di negara-negara berkembang (oranye adalah warna dari tujuan SDG's Perserikatan Bangsa-Bangsa #5: Kesetaraan Gender).
Sustainability-linked Bonds atau obligasi terkait keberlanjutan adalah instrumen utang berbasis kinerja di mana karakteristik keuangan dan/atau strukturalnya terkait dengan tujuan keberlanjutan/ESG yang telah ditetapkan. Penerbit diukur berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan atau Key Performance Indicators (KPI) dan dievaluasi berdasarkan Target Kinerja Keberlanjutan atau Sustainability Performance Targets (SPT) yang telah ditetapkan.8 Tidak seperti obligasi hijau atau obligasi berkelanjutan, hasil dari penerbitan SLB tidak dipagari dengan tujuan hijau atau berkelanjutan tetapi untuk tujuan perusahaan secara umum.
Penetapan harga karbon adalah alat yang digunakan oleh pemerintah untuk mengenakan sanksi kepada para penghasil emisi gas rumah kaca - biasanya dalam bentuk pajak - sebagai insentif bagi mereka untuk mengurangi emisi. Penetapan harga karbon telah menjadi bagian dari kehidupan kita selama bertahun-tahun, misalnya dengan pajak karbon yang kita bayarkan di pompa bensin, inisiatif ini mendapatkan banyak dukungan di seluruh dunia, termasuk di Asia. Pada Maret 2023, inisiatif ini diperkirakan mencakup 23% emisi gas rumah kaca global.9
Inisiatif penetapan harga karbon mendapatkan dukungan di seluruh dunia
Peta inisiatif penetapan harga karbon di tingkat regional, nasional, dan subnasional
Sumber: Bank Dunia, per April 2023. ETS adalah singkatan dari Emissions Trading System atau sistem perdagangan emisi.
IPCC dan SBTi memiliki tujuan yang sama: memberikan informasi ilmiah di balik perubahan iklim untuk membantu berbagai institusi memahami dampak dan risiko di masa depan, serta cara mengatasinya. Keduanya didukung oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa, namun IPCC bekerja dengan pemerintah, sedangkan SBTi bekerja dengan perusahaan.
TCFD atau Satuan Tugas Pengungkapan Keuangan Terkait Iklim didirikan pada tahun 2015 oleh Financial Stability Board (FSB), yang memiliki mandat untuk memperkuat sistem keuangan dan meningkatkan stabilitas pasar keuangan global. TCFD telah mengembangkan sebuah kerangka kerja yang membantu perusahaan-perusahaan untuk memberikan keterbukaan informasi yang lebih konsisten berdasarkan rekomendasi di sekitar empat elemen inti: tata kelola, strategi, manajemen risiko, serta ukuran dan target. Pada akhirnya, informasi ini membantu para pelaku pasar untuk membandingkan perusahaan-perusahaan dan menilai risiko dan peluang terkait iklim.
Climate Action 100+ adalah inisiatif yang dipimpin oleh investor yang menyatukan lebih dari 700 investor dengan lebih dari US$68 triliun aset yang dikelola.10 Kelompok investor Climate Action 100+ bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan penghasil gas rumah kaca terbesar di dunia untuk mendorong peningkatan pengungkapan iklim, manajemen risiko, kinerja, dan tata kelola.
1 PricewaterhouseCoopers, PwC Asset and Wealth Management Revolution 2022, Oktober 2022. Pertumbuhan aset ESG mengacu pada dana kelolaan (AUM) ESG global untuk tahun 2015 hingga 2021.
2 Manulife Investment Management, laporan Stewardship 2022
3 Sumber: Pembaruan Penandatangan PRI, April hingga Juni 2023.
4 Sumber: PRI, per 2021.
5 https://www.unpri.org/about-us/what-are-the-principles-for-responsible-investment
6 Obligasi hijau, sosial, keberlanjutan, dan obligasi yang terkait dengan keberlanjutan di negara berkembang (oecd.org), Oktober 2022.
7 Climate Bonds Initiative, per 31 Januari 2023.
8 Prinsip-prinsip Obligasi Berkelanjutan (Sustainability-Linked Bond Principles/SLBP) (icmagroup.org), Juni 2023.
9 Bank Dunia, per 31 Maret 2023.
10 Situs web Climate Action 100+, per 24 Agustus 2023.
IDB: Inflasi AS lebih tinggi dari ekspektasi
Investment Daily Bread
IDB: Pasar menantikan data inflasi AS
Investment Daily Bread
IDB: Pasar kecewa tidak ada pengumuman stimulus China tambahan
Investment Daily Bread