26 Agustus 2024
Pasar saham Amerika Serikat mencatat kinerja positif pekan lalu didukung oleh menguatnya sinyal pemangkasan suku bunga di September. Ketua The Fed Powell mengatakan sudah waktunya untuk merubah kebijakan, seiring dengan menguatnya keyakinan inflasi dapat konsisten turun ke level 2%. Selain itu risalah rapat FOMC sebelumnya juga mengindikasikan mayoritas pejabat The Fed menilai September sebagai waktu yang tepat untuk memangkas suku bunga. Sementara itu non-farm payroll tahunan AS direvisi turun 818 ribu untuk periode 12-bulan berakhir pada Maret 2024. Revisi ini merupakan yang terbesar sejak Maret 2009. Indeks S&P 500 ditutup naik 1.45% pekan lalu dan imbal hasil UST 10Y turun dari 3.88% ke 3.80%.
Pasar saham kawasan Asia bergerak variatif pekan lalu menantikan pernyataan Powell di Jackson Hole Symposium di akhir pekan. Pasar China, Korea Selatan, dan Taiwan ditutup turun pekan lalu, sementara pasar Jepang, Hong Kong dan ASEAN menopang kinerja indeks. Pasar ASEAN menjadi perhatian didukung oleh ekspektasi pivot The Fed dan kinerja pasar ASEAN yang kalah unggul sepanjang tahun. Sementara itu Gubernur bank sentral Jepang Ueda mempertahankan pandangan kenaikan suku bunga masih akan dilakukan apabila kondisi ekonomi sesuai ekspektasi, namun dengan tetap memperhatikan stabilitas di pasar finansial.
Minat investor asing terhadap pasar saham Indonesia membaik seiring dengan menguatnya ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed. Investor asing mencatat pembelian bersih IDR8.2 triliun di pasar saham yang mendorong indeks IDX80 menguat 1.77%. Pasar obligasi juga menguat 0.41% dengan imbal hasil SBN 10Y turun dari 6.72% ke 6.64%. Nilai tukar Rupiah melanjutkan penguatan di tengah meningkatnya arus dana asing, ditutup menguat 1.27% terhadap USD ke level 15490. Bank Indonesia mempertahankan suku bunga di 6.25% sesuai dengan ekspektasi. Gubernur BI Perry Warjiyo menyampaikan di kuartal ketiga BI fokus untuk terus menjaga stabilitas Rupiah, namun tetap ada kemungkinan penurunan suku bunga di akhir tahun. Sementara itu defisit transaksi berjalan Indonesia melebar di 2Q-24 ke USD3 miliar (0.9% dari PDB) di 2Q-24, dari USD2.4 miliar (0.7% dari PDB) di 1Q-24.
IDB: Penjualan ritel AS lebih kuat dari ekspektasi
Investment Daily Bread
IDB: BI menurunkan BI Rate ke 5.25%
Investment Daily Bread
IDB: Indonesia mencapai kesepakatan dagang dengan AS
Investment Daily Bread