9 September 2024
Hanya untuk investor profesional PT Manulife Aset Manajemen Indonesia.
Bukan untuk umum.
ULASAN MAKROEKONOMI
Indikator makroekonomi Indonesia tetap stabil di Agustus 2024. Tingkat deflasi mengalami moderasi menjadi -0.03% dari -0.2% di bulan sebelumnya. Inflasi tahunan tetap stabil di 2.1% YoY. Inflasi inti juga stabil di 2% YoY (naik +0.2% MoM). Inflasi pangan turun ke 3% YoY dari 3.4% di bulan Juli (turun -0.9% MoM dari -1.4% di Juli) karena turunnya harga bawang, cabe, telur, dan daging ayam. Ke depannya inflasi berpotensi meningkat karena produksi agrikultur yang menurun dan faktor potensi kebijakan pemerintah seperti kenaikan harga BBM bersubsidi, ekstensifikasi cukai (makanan ringan dengan natrium, smartphone, makanan cepat saji, MSG, batubara, tiket konser, deterjen, dll). Selain itu pemerintah juga juga dapat merubah harga eceran tertinggi untuk beras. Menteri Perdagangan mengindikasikan wacana untuk menaikkan tarif impor untuk beberapa kategori barang.
PMI manufaktur Indonesia kembali turun ke level 48.9 di Agustus dari 49.3 di Juli, dua bulan berturut-turut kontraksi aktivitas manufaktur. Angka PMI di Agustus merupakan penurunan terbesar sejak Agustus 2021, di mana pesanan baru dan tingkat produksi melemah terdalam dalam tiga tahun. Selain itu pesanan dari luar negeri melemah terdalam sejak Januari 2023 karena masalah logistik.
Data ekonomi AS terkini menunjukkan turunnya pertumbuhan dan inflasi yang sesuai dengan ekspektasi pasar. Data ini mengindikasikan potensi soft landing dapat terjadi, menghindari resesi. Komunikasi dari Ketua The Fed memberikan sinyal kuat pemangkasan suku bunga di September. Selain itu volatilitas pasar Jepang mereda pasca kejutan dari kenaikan suku bunga. Perbaikan kondisi tersebut mendukung penguatan mata uang negara berkembang, termasuk Rupiah, dan pasar saham.
PASAR SAHAM
IHSG menguat signifikan +5.7%, mengungguli indeks pasar saham global (MSCI World +2.5%), Asia Pacific ex Japan (MSCI APxJ +2.1%) dan negara berkembang (MSCI EM +1.4%). Rupiah mencatat penguatan tinggi (+5.0%) yang unggul dibanding mata uang lain di ASEAN. Investor asing mencatat pembelian bersih USD1.9 miliar, melanjutkan tren pembelian bersih dari bulan lalu yang masuk USD0.5 miliar. Sembilan dari 11 sektor di pasar saham mencatat penguatan, dengan sektor konsumer siklikal (+20.4%) mencatat penguatan tertinggi. Sektor property menguat 12.6% didukung ekspektasi pemangkasan suku bunga dan insentif pajak untuk beberapa jenis properti. Sementara sektor teknologi mencatat pelemahan terdalam (-0.7%).
Fundamental Indonesia yang kuat (tingkat utang yang sehat, pertumbuhan PDB stabil, dan inflasi rendah), potensi pemangkasan suku bunga, serta pemulihan ekonomi China yang tentatif dapat mendukung minat investor asing ke pasar finansial Indonesia ke depannya. Valuasi pasar saham Indonesia berada pada level yang atraktif, lebih rendah dari rata-rata level 10 tahun. Kami memandang positif minat investor terhadap Indonesia dan optimis terhadap potensi investasi jangka panjang di Indonesia.
PASAR OBLIGASI
Pasar obligasi Indonesia melanjutkan momentum positif, dengan indeks BINDO mencatat kinerja positif +1.84% MoM, atau +4.47% YTD per Agustus 2024. Imbal hasil obligasi 10-tahun turun dari 6.89% ke 6.62% (-27bps), sejalan dengan turunnya imbal hasil US Treasury 10-tahun dari 4.03% ke 3.90% (-13bps). Kinerja pasar didukung oleh membaiknya sentimen pasar global, merespon pernyataan dovish dari Ketua The Fed Powell di Simposium Jackson Hole yang mengafirmasi segera dimulainya siklus pemangkasan suku bunga karena data ekonomi AS yang telah melandai. Data tenaga kerja AS nonfarm payroll yang mengecewakan diperkirakan akan mendukung potensi pemangkasan suku bunga di September, dan meningkatkan kekhawatiran resesi. Di tengah kekhawatiran resesi AS, nilai tukar USD melemah dan imbal hasil obligasi turun. Pasar juga mewaspadai pemilu AS di November mendatang, terutama kebijakan perdagangan dari administasi baru.
Di pasar domestik, Bank Indonesia mempertahankan suku bunga di 6.25% sementara imbal hasil SRBI menurun seiring dengan ekspektasi BI dapat memangkas suku bunga tahun ini. Inflasi tetap terjaga dan nilai tukar stabil, di mana Rupiah menguat 4.95% di Agustus, dari 16,260 ke level 15,455 di akhir bulan. Di Agustus, pemerintah menerbitkan dua seri benchmark baru FR104 dengan tenor 5-tahun dan FR103 dengan tenor 10-tahun, melalui mekanisme lelang regular, yang berhasil menarik minat investor lokal dan asing. Penawaran dalam lelang SUN mencapai level tertinggi sepanjang tahun di IDR104.07 triliun, yang juga merupakan tingkat penawaran ke-7 tertinggi dalam sejarah. Pemerintah memenangkan IDR27 triliun di pasar primer, lebih tinggi dari target IDR22 triliun, namun tetap lebih rendah dari batas atas target IDR33 triliun. Pemerintah juga menerbitkan obligasi ultra-panjang pertama dengan tenor 40-tahun berdenominasi IDR melalui mekanisme private placement, yang mencatat penawaran IDR8.9 triliun, dan dimenangkan IDR3 triliun oleh pemerintah.
Investor asing mencatat pembelian bersih IDR39.24 triliun di Agustus, sehingga kepemilikan asing naik menjadi 14.49% dari total obligasi pemerintah yang diperdagangkan, naik dari 14.0% di bulan sebelumnya. Asuransi dan dana pensiun mencatat pembelian bersih, namun kepemilikan turun menjadi 18.89% dari 19.08%. Bank Indonesia juga membukukan pembelian bersih IDR5.62 triliun, namun kepemilikan turun menjadi 24.09% dari 24.29%. Sementara itu perbankan komersil merupakan pembeli terbesar kedua, sebesar IDR15.41 triliun sehingga kepemilikan naik sedikit menjadi 20.52% dari 20.51%. Kepemilikan oleh reksadana naik menjadi 3.16% dari 3.11%, sementara investor individu dan lainnya turun menjadi 18.86% dari 19.01%.
Kurva imbal hasil kembali bergerak bullish dan variatif di Agustus, di mana tenor pendek-menengah mendatar, sementara tenor panjang bergerak steeper. Tenor menengah mencatat reli terbesar mengungguli tenor lain, di mana tenor 15-tahun turun 33bps, diikuti oleh tenor 10-tahun yang turun 27bps. Tenor panjang juga turun di mana tenor 20-tahun dan 30-tahun masing-masing turun 26bps dan 20bps. Di tenor pendek, tenor 2-tahun dan 5-tahun masing-masing turun 9bps dan 21bps.
IDB: Inflasi AS lebih tinggi dari ekspektasi
Investment Daily Bread
IDB: Pasar menantikan data inflasi AS
Investment Daily Bread
IDB: Pasar kecewa tidak ada pengumuman stimulus China tambahan
Investment Daily Bread